Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Era Baru Pembelajaran Tatap Muka

1 Desember 2020   11:00 Diperbarui: 28 April 2021   09:50 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SDN Kedaleman I Kota Cilegon saat uji coba belajar tatap muka di hari pertama(KOMPAS.com/RASYID RIDHO)

Rasanya akan sulit dijawab, baik bagi siswa maupun bagi orangtua. Bagi siswa, hal ini yang akan menjadi pembeda, mana siswa yang ke sekolah benar-benar ingin belajar, mana yang ke sekolah hanya ingin bertemu teman atau bermain dan bersenda gurau.

Jika siswa benar-benar ke sekolah ingin belajar, adaptasi kebiasaan baru adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi. Siswa akan memilih untuk ke sekolah walaupun harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Bagi mereka, bisa belajar tatap muka itu lebih penting daripada harus belajar daring. Tak menjadi masalah besar walau harus mengikuti protokol kesehatan yang terasa menyulitkan.

Sebaliknya, bagi siswa yang ke sekolah hanya ingin bertemu teman atau bersenda gurau, mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk memulai pembelajaran tatap muka. Bagi mereka, buat apa belajar tatap muka, kalau tidak bisa bebas bergerak, berinteraksi dengan teman. Jika seperti itu, lebih baik belajar daring saja di rumah.

Jika dipikir lebih mendalam, tipe siswa yang kedua ini tidak bisa juga disalahkan sepenuhnya. Pendidikan juga tak lepas dari aspek psikososial siswa. Siswa ke sekolah bukan hanya belajar materi akademis, tetapi juga siswa belajar bagaimana berinteraksi dan bersosialisasi yang baik. 

Yang salah adalah ketika tidak terjadi keseimbangan, ketika siswa ke sekolah hanya untuk belajar akademis saja atau hanya ingin berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman saja.

Jika pembelajaran tatap muka tidak memperhatikan benar-benar aspek psikososial siswa, jangan heran, nantinya mungkin siswa lebih memilih pembelajaran daring.

Tak bisa dipungkiri, ada sebagian siswa yang lebih suka belajar daring. Apalagi ada juga sekolah-sekolah yang sangat efektif menerapkan pembelajaran daringnya. 

Siswa lebih nyaman mengeksplor diri di internet tanpa harus dibatasi oleh ruangan kelas. Terbukanya informasi di internet membuat siswa lebih mudah mengakses materi pelajaran dari berbagai sumber. Siswa pun lebih enjoy menjalani proses belajarnya. 

Sebuah Refleksi

Ya, segala sesuatu memang ada plus dan minusnya. Inilah fungsinya kita sebagai orang dewasa untuk bisa mempertimbangkannya. Peran sekolah dan orangtua sangat krusial untuk mendesain kebijakan sedemikian rupa agar pembelajaran tatap muka bisa berjalan dengan baik. 

Bahkan orangtua berhak untuk tidak memberikan izin kepada anaknya untuk tidak mengikuti pembelajaran tatap muka, jika memang masih khawatir terhadap keamanan dan kesehatan siswa. 

Sekolah pun tak boleh lepas tangan, jika ada orangtua yang mengambil keputusan tidak memberikan izin kepada anaknya, sekolah harus tetap membantu berjalannya pendidikan anak, walaupun pastinya, bagi anak seperti ini, pembelajaran tidak akan bisa dimaksimalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun