Apakah memang hal ini penyebabnya? Apakah masih ada orang-orang naif yang berpikir seperti ini? Entahlah, saya tidak mau berspekulasi dengan hal-hal abstrak yang tidak bisa kita lihat. Sebab terjadinya korupsi memang abstrak, yang konkret adalah masih terjadinya kasus korupsi di negara kita ini. Ini yang harus kita pikirkan dan kita solusikan.
Lantas apa yang seharusnya kita lakukan?
Sulit memang, tetapi bukan berarti kita harus menyerah. Setidaknya ada 3 hal yang bisa kita lakukan. Perbaikan sistem birokrasi, perbaikan sistem demokrasi, dan perbaikan sistem pendidikan moral dan religi.
Saya tidak akan membahas ketiga hal yang saya sebutkan tersebut. Akan sangat panjang dan membosankan jika saya harus membahasnya satu persatu. Dan pastinya, pembahasan akan hanya menjadi sebuah retorika belaka.
Sejatinya, kita sudah mengetahui ketiga hal tersebut, dan saya yakin pemerintah juga sangat memahami hal tersebut dan pastinya pemerintah telah berusaha melaksanakan perubahan-perubahan tersebut ke arah yang lebih baik. Mungkin tugas kita sekarang adalah untuk bersabar, menunggu hasil, menunggu buah dari perubahan tersebut.
Bersabar bukan berarti diam dan menunggu tanpa arti. Bersabar justru bermakna kita harus terus aktif bergerak dalam melakukan perubahan. Setidaknya, hal kecil yang bisa kita lakukan adalah memulai perubahan dari diri kita sendiri. Kita harus mampu menyadarkan diri akan pentingnya memperbaiki diri.Â
Alhasil, kasus ditangkapnya Edhy Prabowo seolah mengingatkan kita kembali bahwa korupsi masih banyak terjadi di negeri ini. Usaha yang dilakukan selama ini terasa belum sepenuhnya ampuh memberantas korupsi.
Seperti halnya perkataan Edhy yang katanya akan bertanggung jawab atas perbuatan yang ia lakukan, seharusnya kasus ini juga menjadi tanggung jawab kita bersama, jika memang solusinya ada pada diri kita sendiri.Â
Ya, tanggung jawab kita bersama, tanggung jawab yang perlu dimulai dari diri kita sendiri untuk mencoba memperbaiki dan memberikan solusi untuk menjawab pertanyaan, "Mengapa masih ada korupsi di negeri ini?"
[Baca Juga: Akreditasi Menguak Jati Diri Sekolah]