Lisanul Hal di Masa Pandemi
Dalam konteks pandemi, lisanul hal menjadi sebuah keniscayaan. Apa maksudnya? Setiap hari juru bicara gugus tugas percepatan penanganan  covid-19 memberikan konferensi pers terkait laporan perkembangan kasus covid-19 di Indonesia. Jaga jarak, cuci tangan dan pakai masker menjadi jargon yang diulang-ulang setiap hari.
Seharusnya jargon-jargon tersebut jangan hanya dijadikan ucapan lisan belaka, tetapi harus ditransformasikan menjadi lisanul hal.Â
Ini yang sulit. Lihat saja di sekitar kita. Masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya protokol kesehatan. Bisa dibilang jargon-jargon tersebut belum mengena di hati sebagian masyarakat.
Masih banyak yang mematuhi protokol kesehatan karena adanya aturan bukan kesadaran.Â
Yang terjadi akhirnya, jika bisa sembunyi-sembunyi, sah-sah saja protokol kesehatan ditabrak. Inilah yang membuat beberapa kepala daerah merencanakan adanya sanksi hukum bagi yang tidak mentaati protokol kesehatan. Hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
Lisan bisa berkata, tetapi hal belum tentu melakukannya. Begitulah kira-kira. Perlu proses memang untuk menginternalisasi perkataan lisan sehingga menjadi lisanul hal. Diatas disebutkan, perlu ada pikir setelah zikir.
Masyarakat harus diajak untuk berpikir, bahkan bukan hanya berpikir biasa, harus berpikir kritis. Di era post-truth seperti sekarang ini, informasi begitu deras mengalir. Berita hoax dan fakta pun sulit dibedakan. Jika tidak berpikir kritis, masyarakat akan mudah untuk memiliki persepsi yang salah.
Sebagai contoh, ada berita yang mengatakan bahwa virus covid-19 tidak berbahaya dan virus akan sembuh dengan sendirinya tanpa harus diobati. Berita ini bisa jadi sangat berbahaya jika dipahami tanpa pemikiran kritis. Masyarakat akan terjebak pada persepsinya sendiri.
Akibatnya masyarakat berpikir bahwa protokol kesehatan adalah sesuatu hal yang dibesar-besarkan dan terlalu berlebihan. Dan ini realitas yang terjadi di masyarakat. Jika sudah seperti ini, menjadikan jargon-jargon pencegahan covid-19 menjadi lisanul hal akan menjadi sebuah angan-angan belaka.
Alhasil, merubah perkataan atau lisan menjadi lisanul hal adalah sesuatu yang penting dilakukan. Sulit memang tapi perlu diusahakan. Dunia pendidikan harus bisa menjadi garda terdepan untuk merealisasikannya. Dengan bimbingan, arahan dan binaan yang benar, prosesnya akan berjalan lancar.