Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hagia Sophianya Turki dan Populismenya Erdogan

16 Juli 2020   20:50 Diperbarui: 16 Juli 2020   20:46 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hagia Sophia, Sumber: www.kompas.com

Hagia Sophianya Turki, menunjukkan Hagia Sophia milik Turki. Itu mungkin alasan mengapa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya memutuskan untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid. 

Spontan keputusan ini menuai polemik dimana-mana, terutama di dunia barat.

Memang, secara otoritas, Turki mempunyai kekuasaan penuh terhadap Hagia Sophia. Setelah Konstatinopel ditakulukkan Fatih Sultan Mehmet, hampir selama 500 tahun Hagia Sophia berada di bawah Kesultanan Turki Usmani. 

Setelah keruntuhan Kesultanan Usmani, pengawasan terhadap Hagia Sophia dilanjutkan oleh Pemerintahan Republik Turki Modern di bawah Presiden Mustafa Kemal Ataturk.

Pada tahun 1934, Pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk mengalih fungsikan Masjid Hagia Sophia menjadi museum. Keputusan inilah yang dibatalkan Erdogan baru-baru ini.

Apa urgensinya? Banyak orang menduga langkah yang dilakukan Erdogan ini adalah langkah politis, lebih tepatnya langkah populis.

Wajar saja, karena memang banyak indikasi kemunduran demokrasi di Turki, sejak terjadinya peristiwa militer di tahun 2016, yang disebut Erdogan dan para pendukungnya kudeta.

Erdogan dan pendukungnya menuduh seorang ulama terkemuka Turki yang berdomisili di Amerika Serikat Muhammad Fethullah Gulen sebagai dalang kudeta tersebut. Gulen sendiri membantah tuduhan Erdogan dan meminta diadakannya penyelidikan yang dipimpin organisasi internasional supaya lebih transparan.

Sampai sekarang tidak pernah terealisasi penyelidikan tersebut dan tuduhan Erdogan kepada Gulen pun tidak pernah terbukti. Bahkan banyak dunia internasional yang justru curiga kepada pemerintahan Erdogan, jangan-jangan kudeta itu hanya dibuat-buat saja demi mempertahankan tahta dan pengaruh politik.

Kecurigaan internasional bukan tanpa dasar. Banyak langkah-langkah politik yang mengarah kepada populisme yang dilakukan Erdogan, diantaranya perubahan Undang-Undang Dasar Turki, strategi politiknya di Timur Tengah, masalah pengungsi Syiria, propaganda negatif kepada lawan politiknya dan usaha pembersihan terhadap para pendukung Gulen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun