Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Kemanusiaan dan Pandemi

15 Juni 2020   06:33 Diperbarui: 15 Juni 2020   06:48 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: medium.com/@diasmakbar

Tulisanku kemarin mengambil tema tentang donor darah, bertepatan dengan peringatan Hari Donor Darah Sedunia. Salah satu temanku memberikan komentar, "Mas Mahir Martin, Donor Darah tak mengenal Covid-19, karena diperlukan." ujarnya.

Aku sangat setuju sekali dengan pernyataan temanku tersebut. Aku teringat akan proses evakuasi warga negara Indonesia dari Wuhan beberapa bulan lalu. Pada saat itu, wabah baru mulai menyebar. Indonesia pun masih nol kasus pada waktu itu.

Mengevakuasi adalah bukan hal yang mudah. Perlu keberanian dan nyali untuk melakukannya. Ini merupakan hal yang berbahaya. 

Bagi mereka yang bertugas mengevakuasi bukan lagi harta taruhannya, tetapi nyawa. Bukan tidak mungkin mereka yang akan mengevakuasi akan terjangkit virus mematikan itu juga. 

Coba kita bayangkan, ketika orang-orang mencoba sebisa mungkin keluar dari kota Wuhan, petugas evakuasi justru menuju ke sana. Diperlukan sebuah dedikasi yang kuat dan jiwa berkorban untuk melakukannya. Di saat mereka mau menyelamatkan orang lain, mungkin saja dirinya tidak terselamatkan.

Sumber: kompas.com
Sumber: kompas.com

Bukan hanya itu, setelah dievakuasi, seluruh orang yang terlibat dalam proses ini harus melewati proses karantina, minimal 14 hari, bahkan bisa saja lebih. Orang-orang yang dievakuasi dan juga petugas evakuasi harus memasuki sebuah tempat terisolasi dengan pengawasan petugas kesehatan yang ketat. 

Ini juga menjadi sebuah problematika tersendiri. Proses karantina sudah pastinya akan mengganggu orang-orang, baik secara fisik maupun psikis. Tidak mudah untuk selalu berada di tempat tertutup tanpa adanya interaksi sosial yang sehat dalam waktu yang relatif lama.

Waktu itu, pemerintah bergerak cepat untuk memilih orang-orang yang akan terlibat proses evakuasi ini. Mereka terdiri dari petugas medis, pegawai kementerian dan anggota TNI. Sebuah tindakan yang patut untuk diapresiasi. 

Bagi mereka yang terpilih dalam tim, bisa saja mereka berpikir, "Kenapa mesti saya yang berangkat?". Bisa saja mereka menolak. Pada kenyataannya, tidak terdengar satu penolakan pun dari mereka yang terpilih. 

Mereka siap menjalankan tugas dengan keberanian, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Mereka menganggap ini adalah sebagai tugas suci, sebagai tugas kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun