Tulisanku kemarin mengambil tema tentang donor darah, bertepatan dengan peringatan Hari Donor Darah Sedunia. Salah satu temanku memberikan komentar, "Mas Mahir Martin, Donor Darah tak mengenal Covid-19, karena diperlukan." ujarnya.
Aku sangat setuju sekali dengan pernyataan temanku tersebut. Aku teringat akan proses evakuasi warga negara Indonesia dari Wuhan beberapa bulan lalu. Pada saat itu, wabah baru mulai menyebar. Indonesia pun masih nol kasus pada waktu itu.
Mengevakuasi adalah bukan hal yang mudah. Perlu keberanian dan nyali untuk melakukannya. Ini merupakan hal yang berbahaya.Â
Bagi mereka yang bertugas mengevakuasi bukan lagi harta taruhannya, tetapi nyawa. Bukan tidak mungkin mereka yang akan mengevakuasi akan terjangkit virus mematikan itu juga.Â
Coba kita bayangkan, ketika orang-orang mencoba sebisa mungkin keluar dari kota Wuhan, petugas evakuasi justru menuju ke sana. Diperlukan sebuah dedikasi yang kuat dan jiwa berkorban untuk melakukannya. Di saat mereka mau menyelamatkan orang lain, mungkin saja dirinya tidak terselamatkan.
Bukan hanya itu, setelah dievakuasi, seluruh orang yang terlibat dalam proses ini harus melewati proses karantina, minimal 14 hari, bahkan bisa saja lebih. Orang-orang yang dievakuasi dan juga petugas evakuasi harus memasuki sebuah tempat terisolasi dengan pengawasan petugas kesehatan yang ketat.Â
Ini juga menjadi sebuah problematika tersendiri. Proses karantina sudah pastinya akan mengganggu orang-orang, baik secara fisik maupun psikis. Tidak mudah untuk selalu berada di tempat tertutup tanpa adanya interaksi sosial yang sehat dalam waktu yang relatif lama.
Waktu itu, pemerintah bergerak cepat untuk memilih orang-orang yang akan terlibat proses evakuasi ini. Mereka terdiri dari petugas medis, pegawai kementerian dan anggota TNI. Sebuah tindakan yang patut untuk diapresiasi.Â
Bagi mereka yang terpilih dalam tim, bisa saja mereka berpikir, "Kenapa mesti saya yang berangkat?". Bisa saja mereka menolak. Pada kenyataannya, tidak terdengar satu penolakan pun dari mereka yang terpilih.Â
Mereka siap menjalankan tugas dengan keberanian, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Mereka menganggap ini adalah sebagai tugas suci, sebagai tugas kemanusiaan.