Mohon tunggu...
Mahfuza maddah
Mahfuza maddah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ada

Aku suka menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19 di Desa Serapuh Asli Kecamatan Yg Pura Kabupaten Langkat

21 April 2021   11:05 Diperbarui: 21 April 2021   11:14 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, penyebaran virus corona (covid-19) yang semakin hari semakin meningkat menjadi krisis besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak melihat kembali kehidupan,keluarga,dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia dipaksa berhenti dari rutinitasnya, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.

Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan covid-19 dari semua aspek yang menjadi tantangan, saya lebih terfokus pada aspek pendidikan. Pandemi covid-19 memaksa kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk menimalisir persebaran covid-19. Penerapan physical distancing sangat berdampak pada aspek pendidikan, kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, pembelajaran daring/online dan disusul dengan peniadaan ujian Nasional (UN) untuk tahun ini. Namun mekanisme yang berlaku secara tiba-tiba ini, justru tidak jarang membuat pendidik,siswa,bahkan,orang tua kaget, terutama berdampak kepada mts nurul huda desa serapuh asli, mereka belajar melalui daring, dan kegiatan penting saja baru mereka ke sekolah, dalam seminggu 2 kali datang ke sekolah, intinya mengantar tugas,dan soal ujian, akibatnya siswa yang sudah mempersiapkan diri untuk UN merasa sangat kecewa dengan kebijakan ini, karena mereka lulus begitu saja. Tapi tidak bisa di pungkiri kebijakan ini di upayakan untuk memutus mata rantai covid-19 di tengah masyarakat. Metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang diterapkan pemerintah dianggap sebagai tantangan tersendiri.

Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa MTS Nurul Huda menjadi kreatif, mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya. Bukan membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran daring ini, diantaranya

  • Penguasaan teknologi yang masih rendah, harus diakui, tidak semua guru menguasai teknologi terutama guru generasi 80-an yang pads masa mereka penggunaan teknologi belum begitu tampak. Keadaan hampir sama juga dialami oleh para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi, sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran dan bahkan mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.
  • Jaringan internet, pembelajaran online tidak lepas dari penggunaan jaringan internet, penggunaan jaringan seluler terkadang tidak stabil karena letak tempat tinggal yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.
  • Biaya, jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalampembelajaran daring menjadi masalah tersendiri. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak.

  • Kita bisa melihat kesenjangan ini dengan melihat perbedaan kevepatan internet berbagai daerah. Orang-orang di pusat kota sering menikmati internet yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang kurang berkembang.
  • Kondisi ini tidak hanya berdampak pada siswa SD, SMP, SMA, tapi juga berdampak pada peguruan tinggi. Mahasiswa, khususnya yang merantau, akan berada dalam kondisi kerentanan baik secara sosial maupun ekonomi. Mahasiswa perantau yang keluar dari daerah asalnya untuk menuntut ilmu jumlahnya terbilang sangat besar. Kebijakan pembelajaran sistem daring kini diterapkan sebenarnya membuka peluang mahasiswa belajar dari mana pun, salah satunya dari rumah, pembelajaran daring hingga batas waktu yang belum ditentukan bisa menjadi kesempatan mahasiswa untuk pulang kampung halaman mereka masing-masing dalam waktu yang cukup panjang.
  • Alasan pertama, pembatasan di daerah asal mereka, kebijakan tiap-tiap daerah untuk melakukan lockdown lokal menjadi hambatan bagi mahasiwa. Apalagi bagi mereka yang kuliah di daerah zona merah covid-19 peraturan ketat akan diterapkan bagi warganya yang datang dari zona merah tersebut, misalnya dari jakarta, kedua bagi mahasiswa yang berasal dari daerah pelosok, boleh jadi keterbatasan kualitas jaringan internet membuat mereka berpikir ulang untuk kembali ke kampung halamannya.
  • Semua ini adalah cara tuhan dalam menjalankan roda kehidupan di dunia ini, semoga kita semua bisa semakin baik menjalani kehidupan dikhir zaman ini Aminn.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun