Mohon tunggu...
Mahfudotullah
Mahfudotullah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa aktif di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dengan studi Ilmu Pemerintahan

Melawan Keterbatasan, Melampaui Kemampuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keabstraksian Kita

11 Juli 2020   19:40 Diperbarui: 11 Juli 2020   19:35 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keabstraksian KITA mungkin kata yang pantas untuk sekarang, bagaimana tidak! semua terasa samar abstrak tak jelas, aku yang menginginkan mu tidak mempunyai cukup keberanian untuk memperjelas semua ini hingga tanpa tanda Tanya, aku hanya takut dengan reaksimu yang diluar ekspetasi imajinasiku, kini yang ku harapkan kita saling bercerita tentang diri kita tentang apa yang dirasa

Kemarin, kuberanikan diri untuk memulai percakapan, meski hanya lewat ketikan. rasanya aku tidak pernah bosan menanti balasan pesan singkat darimu, meski sekali lagi kita sama sama dingin bahkan cepat kehilangan topic pembahasan, tapi itulah yang sedang kunikmati sekarang, bila semuanya 

Nampak jelas, diriku takut tidak lagi bisa menikmati keadaan seperti ini, sebenarnya diriku tak mau berdrama tapi aku tidak bisa mengeluarkanmu dari kepalaku, rasanya ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa baik-baik saja. Entah apa itu

"ada ketulusan yang datang menyapamu setiap hari, kamunya saja yang menolak untuk melihat dan lebih memilih untuk menatap kearah lain"

Ada bahagia yang tak tanggung-tanggung kala diriku melihat dirimu, entah kenapa dan mengapa, mungkin saat menciptakanmu Tuhan sedang dalam keadaan yang lebih bahagia dari sebelumnya, pantas saja sosok dirimu begitu sempurna dirasa, semoga keadaan ini cepat memperjelas semuanya, aku hanya berkeyakinan bahwa jika memang kita ditakdirkan memiliki rasa yang sama, semesta akan menggerakan keduanya bukan salah satunya saja

Dan aku masih tetap melambungkan doa doa dilangit semesta, langkahku pun terus menujumu, semoga langkahmu tidak pergi menjauhiku, segala baik buruknya aku semoga kamu dapat menerima dari diriku langsung bukan kata orang lain

Maafkan diriku yang tak mempunyai keberanian yang cukup untuk memperjelas semuanya, aku hanya berjalan perlahan-lahan sekarang, agar tidak melakukan kesalahan yang pada ahirnya kita tidak bisa bersama, karena aku tidak mau menempuh jalan terjal berlubang untuk yang kedua kalinya. Semoga pada ahirnya kita dua insan yang ditakdirkan oleh semesta bersama lebih dari selamanya

Sekian......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun