Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vaksinasi dan Pola Fikir Masyarakat Madura

24 Juli 2021   15:21 Diperbarui: 24 Juli 2021   15:34 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi tadi, saya telah selesai melaksanakan vaksinasi tahap kedua. Seperti mana vaksinasi pertama, saya melakukan di tempat yang sama, yaitu di Puskesmas kecamatan.

Tidak ada perubahan langsung terjadi setelah proses vaksinasi pertama. Tiada disertai demam juga, sebagai reaksi tubuh terhadap benda baru yang masuk ke dalam badan. Cuma nafsu makan agak bertambah setelah vaksinasi pertama.

Karena di Madura, belakangan ini musim sakit demam dan radang tenggorokan. Pernah juga terjangkiti penyakit tersebut, tapi dalam dua hari sudah sembuh. Hanya bermodalkan minum Paracetamol dan vitamin C saja.

Biasanya penyakit demam dan radang tenggorokan ini, menjangkiti seseorang hingga 10- 15 hari. Bahkan sampai ada yang hilang indera penciuman, serta lidah tak mampu membedakan aneka rasa makanan.

Intinya proses vaksinasi yang saya lakukan, dari tahap pertama hingga kedua tiada reaksi yang berarti. Saya melakukan vaksinasi bukan karena ikut-ikutan. Namun atas kesadaran diri, bahwa Vaksinasi adalah imun dan keselamatan tambahan. Layaknya memakai helm saat berkendara atau berjaket anti peluru bagi tentara di medan perang.

Setelah proses vaksinasi dilakukan, tidak mustahil tubuh akan terkena virus Covid-19. Cuma karena kita ada tambahan pengamanan, maka reaksinya tidak seperti orang yang belum bervaksin. Kasarnya, adalah pengamanan tambahan bagi imun tubuh kita.

***

Saya paling tidak setuju, apabila ada yang mengatakan, bahwa rendahnya persentase vaksinasi di Madura, karena rendahnya sumber daya manusianya (SDM). Sempat terfikir, apa sih standarisasi SDM itu tinggi? Apakah harus ditentukan oleh sistem pendidikan formal dan informal?

Kalau memang itu standarisasi SDM seperti itu, berapa banyak persentase DKI Jakarta, Jawa Barat, atau Sumatera Barat yang sudah vaksinasi? Apakah Anda juga akan mengatakan SDM ketiga daerah itu juga rendah?

Saya fikir rendahnya persentase vaksinasi di Madura adalah dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, pola pikir dan kepercayaan masyarakat Madura terhadap vaksinasi tersebut. Terlalu banyak informasi-informasi negatif yang beredar tentang adanya Virus Covid-19 dan vaksinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun