Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(TKI Ilegal) Karena Krisis Moneter, Saya ke Malaysia

26 Juni 2020   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2020   11:34 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca krisis moneter yang menyerang Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan pada 1997, saya sering mengikuti perkembangan keempat negara tersebut. Terutama negara jiran terdekat, yaitu Malaysia.

Dampak api krisis moneter yang dihembuskan oleh George Soros itu, tidak hanya mempengaruhi bidang ekonomi saja. Namun stabilitas politik di negara terkait juga bergejolak. Bahkan puncaknya, sampai membawa perubahan kepemimpinan negara,  seperti mana terjadi di Indonesia.

Suara-suara perubahan (reformasi) dari Indonesia, rupanya memberikan inspirasi kepada negara-negara tetangga lainnya. Khususnya Negara Jiran Malaysia dan negara bermata uang Peso, yaitu Filipina

Di Malaysia, terjadi konflik internal dan pergesekan kepentingan antara Perdana Menteri Mahathir Mohammad dengan dan wakilnya, Anwar Ibrahim. Konflik keduanya meluas dan melebar, karena sama-sama mempunyai pendukung yang juga banyak.

Sebagai negara yang paling dekat dan rapat, perseteruan Mahathir-Anwar mendapat ruang publikasi yang cukup luas di Indonesia. Sedikit-banyak, konflik internal ini diikuti orang Indonesia. Apalagi saat itu, Anwar Ibrahim dikenal cukup rapat dengan beberapa pelaku reformasi Indonesia saat itu.

***

Pasca pertukaran rezim Orde Baru 1998, keadaan ekonomi negara masih belum stabil. Lapangan pekerjaan terbatas, sedangkan angka pengangguran cukup tinggi dan meluas. Sehingga menyebabkan banyak orang merantau mencari kerja ke luar negeri, termasuk saya di dalamnya.

Ada dua negara pilihan yang menjadi pertimbangan saya waktu itu, yaitu Jepang dan Malaysia. Alasannya saya memilih Jepang karena tawaran gaji bulanannya tinggi, dengan nilai kurs yang stabil. Disamping itu, bisa transfer ilmu pengetahuan. Karena sistem pertanian di Jepang itu dijalankan serba teknologi, sehingga pulang nanti, bisa diterapkan di Indonesia.

Namun pilihan saya, malah jatuh pada negaranya Situ Nurhaliza, yaitu Malaysia. Alasan utamanya adalah faktor persamaan budaya, bahasa, dan agama. Walaupun dari segi ekonomi, saat itu keadaan Malaysia juga, masih belum pulih sepenuhnya dari dampak krisis moneter 1997

Faktor kedua adalah banyaknya pekerja Indonesia, khususnya Orang Madura di Malaysia. Sehingga senang beradaptasi dan memudahkan mencari peluang pekerjaan. Apalagi rayuan agen tengah (tekong) cukup memukau, sehingga mempengaruhi keputusan kami sekeluarga.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun