Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Untold Story] Tabloid BOLA dan Cengkraman Polisi (2)

19 Oktober 2018   10:28 Diperbarui: 19 Oktober 2018   10:51 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mengimbas peristiwa di pertengahan 2001, tatkala ditangkap polisi di depan kedai majalah, saat membeli tabloid "Bola" dan Majalah "Gatra". Kedai itu milik seorang berbangsa India yang berada di Jalan Silang area Kotaraya Kuala Lumpur.

Saat itu, saya masih bekerja di area Bukit Beruntung, sekitar setengah jam dari Bandar Rawang. Apabila hari Ahad atau libur kerja, saya akan pergi ke Kuala Lumpur untuk membeli media khas Indonesia. Diantaranya seperti tabloid Bola, majalah Gatra, Tempo, Harian Jawa Pos, dan sebagainya

Waktu itu masih belum ada aplikasi online lagi, jadi dari Bukit Beruntung jalan kaki ke Seri Sentosa. Kemudian dari Sentosa naik bus mini ke pekan Rawang sekitar 30 menit. Baru Dari bus stand Rawang naik bus Metro 43, dan turun di depan Bangkok Bank Kuala Lumpur.

Dari area Bangkok Bank jalan kaki menyusuri trotoar sekitar Kotaraya, yang mana saat itu merupakan tumpuan utama selain area sekitar Sogo dan Pertama Kompleks. Di Jalan Silang, ada beberapa kedai majalah yang menjual media khas Indonesia. Biasanya ada 2 edisi per minggu, walaupun telat 1-2 hari, tapi sudah mengobati rasa rindu pada Indonesia.

Ada kejadian yang tak bisa terlupakan, saat ditangkap polisi setelah membeli tabloid "Bola" di Jalan Silang. Waktu itu saya masih berstatus full illegal, karena tidak memegang KTP dan passport, disebabkan hilang saat pertama kali masuk ke Malaysia. Hanya bermodalkan kenekadan diri dan pasrah pada Yang Di Atas saja.

Singkat cerita, setelah membeli tabloid Bola di kedai India, saya melihat kelibat dua sosok berpakaian serba hitam. Otomatis naluri awasku muncul, saya segera membayar dan secepat kilat menyusup dalam keramaian orang umum. Tujuannya untuk menghindari dua orang polisi tersebut, kemudian membaur dengan orang yang lalu lalang.

Nasib sial mengikutiku saat itu, rupanya di depan sudah ada dua orang polisi lagi. Akhirnya saya tak berkutik dan menemui jalan buntu. Seorang polisi memegang tali celana bagian belakang, dan menariknya ke tangga area pertokoan lama di sekitar Jalan Silang.

Sesampainya di tangga, mulailah saya dinterograsi dua orang sosok beruniform serba hitam itu. Mereka menanyakan Identity Card (IC), Pasport, hingga permit kerja (visa). Namun saya diam tak menjawab dan hanya menggelengkan kepala. (akting melodrama dimulai  ).

"Saya tak ada apa-apa Tuan, saya kena tipu tekong (*) datang ke Malaysia", sambil menampakkan wajah sedih. Jangan menentang dan melawan bicara seorang polisi, lebih baik bicara apa adanya. (bisik dalam hati).

"Bila tak ada passport, macamana awak boleh masuk Malaysia ?", tanyanya sambil meminta untuk membuka dompet, untuk memeriksa takut ada barang-barang yang terlarang.

Kemudia saya membuka dompet , hanya ada beberapa lembar uang puluhan dan selembar lima puluhan, totalnya sekitar RM 90.00.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun