Mohon tunggu...
Mahfudh Harun
Mahfudh Harun Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis dan senang berbagi

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menulis dan Mengetik: Serupa, Tapi Tak Sama

9 Februari 2016   20:33 Diperbarui: 10 Februari 2016   12:12 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.plimbi.com"][/caption]Orang bilang membaca, mengingat, dan menulis adalah satu paket yang jangan sekali-kali dipisahkan. Hal ini karena satu kesatuan untuk menghasilkan manusia-manusia cerdas. Namun, dengan perkembangan teknologi, paket tersebut sudah banyak berubah menjadi membaca, mengingat, dan mengetik. Artinya, kebiasaan “menulis” sudah berubah dengan” mengetik.”

Ternyata mengetik berbeda dengan menulis baik dari pengertiannya maupun dampaknya. Selama ini—saya sendiri-- sudah mencampuradukkan bahwa mengetik sama dengan menulis. Dulu sampai sesaat sebelum artikel ini muncul, jika hendak  mengetik sebuah artikel,  saya selalu bilang sama teman-teman maupun keluarga, saya mau “menulis”  artikel,.. Wah ..wah…Harusnya saya katakan begini, izin saya mau “mengetik”  artikel.  Kenapa? Hal ini karena memang saya ketik langsung huruf a,b,c…….z dihadapan dan dengan komputer, bukan saya tulis pakai pensil atau ballpoint.

Seorang Profesor Psikologi dari University of Washington menunjukkan bahwa menulis berbeda dengan mengetik karena menulis membutuhkan olah motorik halus untuk mengeksekusi gerakan tertentu dalam membentuk huruf-huruf, sedangkan mengetik hanya membutuhkan satu sentuhan saja untuk berbagai jenis huruf yang ada (Kompas.com, 09/02/2016).

Berbicara menulis, saya teringat ketika komputer masih berupa barang langka, maka untuk menghasilkan sebuah artikel harus menulis dengan balpoint. Setelah artikel selesai saya tulis, selanjutnya mencari mesin ketik manual yang bunyinya ketak-ketuk untuk mengetik hasil tulisan tangan. Dan bagi saya, menulis dengan alat tulis balpoin menjadi sangat menyenangkan kala itu.  

Namun, setelah perkembangan teknologi berupa komputer atau Hp android, atau sejenisnya, maka menulis memakai balpoin (tulisan tangan) sangat membosankan dan butuh waktu lama. Setiap ada kata-kata atau kalimat yang kurang tepat harus dicoret. Lalu tulis lagi dan coret lagi sampai akhirnya hasil tulisan sesuai dengan yang dimaksudkan atau kelihatannya setelah dibaca dan dibaca, it’s ok.  Tetapi, ada untungnya, setiap kata yang tercoret masih kelihatan. Dan saat kata atau kalimat tersebut ternyata masih bisa dipakai pada kalimat atau alinia yang lain, tinggal tulis saja tidak perlu memikirkannya lagi.

Bagaimana dengan sekarang? Sekarang setiap ada ide, tinggal buka komputer atau tablet, lalu ketik dan jadilah sebuah artikel. Dengan waktu yang super cepat, sebuah artikel langsung bisa disajikan kepada pembaca untuk disantapnya. Duduk di depan komputer, berjuta kata-kata tinggal ketik. Jika salah atau kurang tepat tinggal dilit (delete) saja tanpa menjadi beban. Jika letak kalimat atau alinia tidak cocok, ya ganti posisi dengan menu copy paste. Hasilpun menjadi menarik dalam waktu sekejap saja.

Jangan Tinggalkan Kebiasaan Menulis

Meskipun kemajuan teknologi  begitu hebat, ternyata menulis manual pakai tangan dengan sebuah alat tulis balpoin merupakan kegiatan yang membuat kita cerdas. “….hasil riset pun menunjukkan bahwa hal ini berdampak pada kinerja otak manusia jika secara total meninggalkan kebiasaan menulis tangan. Alhasil, kemampuan manusia untuk mengingat, belajar dan bekerja bisa menurun (Kompas.com,  09/02/2015).”

Pengalaman saya, ada perbedaan yang saya rasakan saat menulis tulisan tangan dengan pakai komputer atau notebook. Menulis tangan memerlukan konsentrasi penuh dan kehati-hatian di dalam menggores tinta hitam membentuk huruf demi huruf, kalimat sampai dengan sebuah alinia atau paragraf. Saat memulai menulispun ibarat apa yang saya simpan di memori otak memang sudah penuh, meluap  atau hampir tumpah dan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan. Di samping itu, persiapan untuk menulis memang terencana dengan matang dan jauh-jauh hari. Jika tidak demikian, maka aktifitas menulis tidak akan pernah selesai karena asyik dengan coret-mencoret.

Bahkan, yang saya ingat dan rasakan bahwa kegiatan melahirkan sebuah artikel ada tiga. Pertama, saya  menyimpan ide dalam memori dan mengingatnya apa yang hendak saya tulis. Kedua, saya  menuliskannya pada buku tulis dengan ballpoint.  Dan yang ketika saya membaca lagi apa yang saya tulis sambil mengetik dengan mesin tik (computer/notebook). Artinya, di sini ada proses membaca secara berulang-ulang. Dan Alhamdulillah dampaknya luar biasa, maksudnya tidak cepat lupa terhadap sebuah tulisan yang dihasilkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun