Mohon tunggu...
Mahfudh Harun
Mahfudh Harun Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis dan senang berbagi

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kecemasan Laskar Swasembada

3 Desember 2015   08:55 Diperbarui: 3 Desember 2015   09:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi petani memperhatikan serangan ulat, sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/116810-ulat_serang_ratusan_hektar"][/caption]

Ilustrasi: viva.co.id

Hati “laskar” swasembada di seantero negeri ini, kini ada yang sedang dibalut kecemasan. Kecemasan akan hujan menjadi banjir lalu “memangsa” korban tanaman piaraannya. Tetapi, ada saudara-saudaraku nun jauh di pedesaan sana paling galau dan cemas bukan karena hanya hujan, mereka adalah petani Kartasura. Mereka sedang menghadapi musuh bebuyutan yang sulit untuk dihadang. Musuh cerdik mengintip kelalaian dan sisi lemah “pasukan” petani di balik tirai musim. Musuh bebuyutan? Ah bisa aja..

Iya! musuh hama ulat siap “membombardir” dengan senjata biologisnya. “Membumihanguskan” bulir-bulir padi menguning rata dan tak tersisa untuk swasembada. Hehehe hiperbolik sekali..Bukan kabar burung apalagi karangan fiksiana di Kompasiana. “Hama ulat daun serang puluhan hektar sawah di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Akibatnya, padi yang berumur 85 hari mati dengan daun mengering. Akibat serangan hama itu, para petani merugi hingga puluhan juta rupiah (Kompas.Com, Rabu, 2 Desember 2015).”

[caption caption="Area sawah di wilayahkoharjo, Jawa Tengah, sumber : regional.kompas.com"]

[/caption]

Sungguh malang nasibmu, owh saudaraku petani. Apa yang terjadi di Kartasura adalah sampel dan dialami juga oleh petani lain di Indonesia. Kondisi seperti seperti inilah yang selalu dihadapi petani dalam memperjuangkan ketahanan pangan untuk negeri ini. Pemerintah seharusnya sudah mengimplementasi Undang-undang No.19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Salah satu pasal dalam UU tersebut, yaitu pasal 37 ayat 1 berbunyi, “Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani dalam bentuk asuransi pertanian.”

Salah satu perlindungan sesuai dengan pasal dan kasus di atas adalah melindungi petani akibat serangan organisme pengganggu tumbuhan (hama). Memang petani harus bersabar karena ada kabar gembira dalam paket kebijakan pemerintah jilid III telah meluncurkan Asuransi Pertanian untuk petani. Asuransi untuk proteksi petani, kabarnya, baru berjalan merata pada tahun anggaran 2016. Memang harus diakui sedikit terlambat, seharusnya sejak rencana swasembada ditetapkan, asuransi pun berbarengan. Tapi, apa hendak dikata, “dari pada buta, lebeh get juleng (lebih baik Juling).” Maksudnya dari pada tidak sama sekali, terlambat sedikit tidak masalah dan petani masih punya harapan.

Tetapi, bukan harapan seperti bandul yang kita inginkan. Bandul seperti dalam sebuah syair dengan halusnya Taufiq Ismail membahasakan, ".........Bandul yang bingung berayun-ayun, Bandul yang bingung diayun-ayunkan,,,,"

Tunggu! Satu lagi bukan dari Mayora,,,macam iklan saja haha....Yang satu ini agaknya mulai memudar adalah kekompakan dalam memulai usaha tani. Sejauh memori saya, dulu, petani turun ke sawah bersama-sama yang diawali dengan kenduri blang (red-sawah) dan dikomandoi oleh perangkat adat (Keujreun Blang namanya kalau di Aceh sebagai komando). Perangkat ini memiliki fungsi strategis dalam peningkatan produksi padi, bahkan dapat memediasi petani dengan pihak-pihak dan juga kalau ada perselisihan atau pertikaian petani.

Gerakan Tanam Padi Serentak seharusnya disahuti dengan baik. Jika gerakan seperti ini dilaksanakan dengan benar, maka akan menghambat dan mengendalikan perkembangan populasi hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sehingga produktivitas dan produksi padi lebih tinggi. Padahal, dalam UPSUS swasembada pangan Pajale, sudah ada gerakan pengelolaan seperti itu. Apalagi, yang mengawal dan mendampingi ketat tidak hanya penyuluh, namun termasuk didalamnya TNI-AD dengan Babinsa-nya.

Yah petani saudaraku di pedesaan bersabarlah dalam kegalauan dan kecemasan. Kami memahami. Kami selalu mendoakanmu di samping mencurahkan pikiran-pikiran sebatas kami mampu melakukannya. Semoga target swasembada yang sedang engkau pikulkan dapat tercapai dan kita nikmati secara bersama-sama. “laskar” swasembada, lanjutkan perjuanganmu!

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun