Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku harap kau benar". Sandi mengucapkan harapannya. 

Dani mulai sedikit membuka pintu mobil yang berada di sebelah kirinya. "Baiklah, kalau begitu. Apakah bapak sudah siap?". Ucapnya dengan meyakinkannya. 

Sandi mulai menarik nafasnya dengan perlahan dan lalu menghembuskannya. Pada saat itu kedua matanya mulai merasa sedikit tenang tetapi ia masih merasa sedikit gelisah. Tetapi pada saat itu juga ia masih berharap untuk mempercayai mereka yang akan membantunya untuk menyelesaikan semua masalahnya. 

Setelah itu Sandi pun mulai membuka pintu mobil di sebelah kanannya dan melangkahkan kakinya keluar, begitu juga dengan Dani yang mulai ikut keluar dari mobil itu. Saat sudah berada di luar, Sandi pun mulai menatap ke arah atas langit dan menaruh satu tangannya di atas wajah karena silaunya matahari pada saat itu, karena sudah cukup lama ia terdiam di dalam mobil. Dan tidak lama setelah itu juga Sandi pun mulai menatap ke arah depan dan mulai berjalan ke tempat restoran itu di depannya dengan di bimbingi oleh Dani yang berada sedikit di depannya. 

***

Sebenarnya…..apa yang terjadi? Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan….. Pikir Glen yang merasa kesal dan juga sedikit gelisah juga setelah mulai mengingat-ingat kembali dengan apa yang sudah menimpanya sebelumnya. 

Di dalam sebuah ruangan gudang olahraga sekolahnya itu yang gelap dan hanya ada sedikit cahaya saja yang masuk ke dalam ruangan itu dari sudut jendela pintu di samping kanan ruangannya. Pada saat itu, Glen dengan seragamnya yang terlihat sedikit compang-camping itu baru tersadarkan dari pingsannya yang sudah cukup lama ia terpapar di atas matras dalam ruangan itu. Dan ia pun mulai merasakan kembali sedikit rasa sakit dan nyeri di wajahnya yang terlihat sedikit bonyok dan juga kepalanya yang terasa sedikit pusing, ia pun bangkit dan terduduk sejenak di sana dan mulai menyentuh kepalanya itu sembari menatap ke arah bawah. Dia benar-benar melakukannya…... Sialan… Glen mulai mengusap-usap rambutnya yang berantakan itu. 

Setelah sudah cukup lama Glen terdiam, tiba-tiba pintu di dalam ruangan itu mulai sedikit terbuka dari luar. Ah…. Gawat. Sepertinya sudah saatnya aku akan di marahi. Glen mulai gelisah. 

Tidak lama kemudian terbukalah pintu itu yang di tarik keluar oleh seseorang yang berada di luarnya. Cahaya senja yang sedikit menyilaukan itu mulai masuk ke dalam ruangan dan langsung menyerang kedua bola mata Glen. Ia mulai sedikit menyipitkan kedua matanya untuk melakukan pertahanan. 

Di hadapannya, ia melihat ada seorang lelaki dengan mengenakan seragam sekolah yang sama mulai berjalan masuk ke dalam dan mendekatinya. "Glen, aku bersyukur ternyata masih ada juga orang yang lebih kelewatan dariku.. ". Ujar lelaki itu sembari menatap ke bawah ke arah Glen yang sedang terduduk. 

Glen menghela nafasnya dan lalu mulai berdiri dari tempatnya. "Ah… ternyata itu hanya kau, Ben". Ucapnya yang mulai merasa lega sembari merapikan seragamnya itu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun