Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mira langsung memalingkan wajahnya. "Ah….ya benar. Pak Gid bertanya seperti itu karena memang tidak mengetahuinya… ". Mira mulai tertawa kecil sedikit gelisah. 

Pada saat itu Pak Gid pun mulai berjalan mendekatinya dan lalu menyentuh pundaknya. "Mira? Apa kamu baik-baik saja?". Ujarnya yang khawatir. 

"A-Apa maksud Pak Gid….?". Jawabnya yang terdengar ganjil. 

"Hm?". Pak Gid pun mulai menengok ke arah wajahnya yang pada saat itu Mira tanpa sadar sudah mengeluarkan air matanya. "Mira? H-Hey….kamu kenapa? Apakah pertanyaan bapak sebelumnya membuatmu--

"T-Tidak Pak Gid…. Aku tidak apa-apa...". Ucapnya sembari tersedu-sedu dan mengusap air matanya. 

"Pasti ada apa-apa…". Ujarnya dengan lembut dan lalu mulai membimbingnya untuk berjalan menuju tempat ruang gudang olahraga di dekatnya. 

Sekitar lima tahun yang lalu, Mira pernah merasakan kesedihan pertama kalinya dalam hidup, yaitu ketika ia baru mendengar kabar kematian kakek dan neneknya. Pada saat itu ia sedang terduduk di ruang tunggu rumah sakit bersama ibunya dan kakak perempuannya yang di hadapannya juga ada orang-orang kepolisian yang sedang berdiri di dekat jendela ruang perawatan. Mereka pada saat itu sedang memperhatikan ke dalam jendela ruangan itu yang di dalamnya ada kakek dan nenek-nya yang sedang terbaring di atas ranjang pasien dan juga di sampingnya ada ayahnya yang sedang terduduk sendirian sembari menundukkan kepalanya. Tidak lama kemudian setelah itu, ayahnya pun mulai berjalan keluar ruangan yang bersamaan dengan itu juga dokter dan juga para perawat-perawat lainnya pun mulai memasuki ruangan itu. Dan tepat di saat itulah Mira langsung mendengarkan kabar dari ayahnya yang memberitahu tentang kematian kakek dan juga nenek-nya, Mira dan juga kakaknya pun mulai menangis memeluk ibunya dan merasa sangat sedih karena kehilangannya. Seketika itu pun ia mulai mengingat kembali di saat ia bersama Kakek dan juga nenek-nya yang selalu bermain bersama-sama sejak kecil. Dan mulai pada saat itu pun ia akan selalu merindukan hari-hari yang bahagia itu bersama kakek dan nenek-nya. 

Beberapa hari kemudian setelah selesai dari pemakamannya, Mira pun mulai absen dari sekolahnya selama seminggu bersama kakak perempuan, karena masih belum merasa enak untuk masuk sekolah dalam kondisinya pada saat itu. Dan pada akhirnya, keesokan harinya pun ia memutuskan untuk berangkat ke sekolah tetapi tidak dengan kakaknya yang terus mengurung di dalam kamarnya. 

Saat sudah berada di dalam kelasnya, banyak sekali teman-temannya yang mulai mengkhawatirkannya.

"Terima kasih semuanya karena sudah mengkhawatirkan-ku.... Tapi tenang saja, sekarang aku sudah baikan...". Ujarnya sembari menenangkan teman-temannya yang pada saat itu sedang berkumpul mengerumuninya.

"Apakah kamu yakin, Mira?". Ujar seorang murid lelaki di sampingnya yang pada saat sedang saling dorong mendorong bersama teman-teman lelakinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun