Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Andai Semua Tahu Sengsaranya Terinfeksi Covid-19, Mungkin Vaksin Akan Menjadi Rebutan

25 Januari 2021   17:35 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:19 2803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para dokter yang saya temui mengatakan swab pcr hanya bisa mendeteksi keberadaan virusnya. Namun test ini masih mungkin akan tetap mendeteksi positif sisa virus mati jika dalam jumlah banyak walaupun sudah tidak menularkan.

Susahnya, pihak kantor tempat saya bekerja tidak berpikir sama dengan para dokter. Mereka tetap mensyaratkan saya harus melakukan swab pcr untuk persyaratan masuk kerja kembali. Situasi pandemi juga membuat perusahaan sedikit pelit mengeluarkan uang untuk membiayai swab tersebut.

Naasnya, seperti pendapat para dokter. Ternyata swab pcr yang saya lakukan masih mendeteksi positif virus covid ini. Padahal untuk biaya swabnya saja saya harus pontang-panting mencari dananya. Total dari pertama di puskesmas, rumah sakit dan test mandiri saya sudah melakukan 4 kali swab pcr.

Saat ini saya masih belum bisa masuk kerja karena terkendala swab pcr. Saya juga tidak tahu harus menjalani berapa kali swab lagi. Dan berapa banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan hasil negatif.

Saya memang harus berprasangka baik kepada Allah mungkin ini adalah cara-Nya untuk memberikan 'vaksin gratis' untuk keluarga saya. Walaupun harus melalui berbagai cobaan dan ujian terlebih dahulu.

Sementara pemerintah padahal saat ini juga sudah menyiapkan vaksin gratis tanpa perlu merasakan terlebih dahulu berbagai gejala dan berbagai kondisi seperti yang saya alami. Beberapa golongan masyatakat bahkan sudah menerima vaksinasi ini.

Cerita saya mungkin tidak seberapa jika dibandingkan pasien lainnya. Karena saat saya pertama kali di rawat di rumah sakit malah sempat satu ruangan di IGD dengan seorang ibu tua yang sedang dalam kondisi mengenaskan. Beberapa penyakit komplikasi menyertai covidnya. Ia terpaksa sampai harus dipasang kateter pada saluran kencingnya.

Vaksin seperti halnya protokol kesehatan adalah salah satu bentuk dari memaksimalkan ikhtiar kita dalam mencegah penularan pandemi. Sakit dan juga kematian memang adalah sebuah takdir.

Tapi pasrah tanpa mencoba berbagai upaya yang mungkin dilakukan untuk melawan virus ini rasanya juga tidak sesuai dengan tuntunan yang di gariskan oleh Tuhan melalui para utusan-Nya.

Vaksin sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tameng untuk diri kita. Tapi juga untuk melindungi lingkungan dan orang terdekat kita agar tercipta efek herd immunity atau kekebalan kelompok.

Sebagai seorang muslim yang diwajibkan untuk mematuhi dan percaya pada 'umara' dan 'ulama'. Rasanya vaksin ini sudah 'aman' dengan adanya pernyataan resmi dari BPOM selaku perwakilan pemimpin atau pemerintah dan sertifikasi halal dan fatwa dari MUI yang memperkuatnya. Harusnya tidak ada lagi perdebatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun