Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kondisi Sulit, Jangan Sampai Buat Kita Lupa Caranya Tertawa

1 Januari 2021   00:39 Diperbarui: 1 Januari 2021   00:41 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menapaki akhir tahun 2020 untuk menuju hari pertama di tahun yang baru, setelah berlelah-lelah diri melintasi berbagai kondisi sulit dan kesedihan. Hendaknya tidak membuat kita lupa bagaimana caranya tertawa. Karena banyak para pemikir mengatakan bahwa tawa itu menyehatkan tidak hanya untuk tubuh tapi juga jiwa kita.


Hal ini juga aku alami. Setelah pada bulan April dan Mei tahun ini secara berturut-turut ibu kandungku dan bapak mertuaku harus pergi untuk selama-lamanya menyisakan kesedihan bagi keluarga kami. Ditambah lagi kami tidak bisa pulang kampung untuk melihat wajah bapak mertuaku untuk yang terakhir kali karena saat itu penyebaran virus covid sedang tinggi-tingginya.

Harusnya rencana kami libur akhir tahun ini akan pulang kampung ke Wonogiri untuk menengok ibu mertua sekaligus melihat makam almarhum bapak mertuaku. Rupanya Tuhan berkehendak lain. Keluarga kami harus dihadapkan untuk menerima ujian penyakit Covid 19.

Namun aku berfikir positif. Mungkin ini cara Allah untuk memberi kami peringatan lebih awal. Jika sampai kami sekeluarga pulang kampung dan tidak menyadari bahwa kami dalam kondisi sakit mungkin lebih berbahaya lagi efeknya bagi ibu mertua dan saudara-saudara lain yang ada di kampung.

Dan seperti tulisanku di awal. Dalam kondisi sulit, kita jangan pernah sampai melupakan bagaimana caranya tertawa. Allah rupanya juga punya cara untuk menghiburku mungkin juga untuk lebih menyehatkan tubuh dan mentalku dengan cara membuatku tertawa.

Dari mulai pertama kali aku masuk rumah sakit yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pasien terkonfirmasi positif sepertiku ada saja berbagai hal lucu yang menimpaku. Yang lebih tepatnya membuatku menertawai berbagai hal bodoh mungkin ada juga yang orang yang mengatakannya sebagai kesialan yang menimpa diriku.

Pertama aku sampai di rumah sakit setelah sebelumnya diisolasi di rumah singgah Dinsos Tangerang adalah sekitar pukul 6 sore. Itu juga aku harus menunggu lumayan lama terlebih dahulu di ruang IGD yang cukup penuh dengan pasien Covid lainnya. Rupanya penyebaran virus ini sedang tinggi-tingginya di wilayah Kota Tangerang. Beberapa kali di jalan raya berseliweran mobil ambulan yang mengangkut pasien Covid 19.

Waktu itu yang terpikir olehku adalah masalah makan. Kebetulan perutku sudah mulai menyanyikan lagu keroncong tempo dulu karena lapar. Sayangnya ketika kutanyakan pada perawat menurut mereka waktu pembagian makan sudah lewat jadi kemungkinan tidak dapat jatah makanan dan minuman air mineral. Waduh alanat puasa sampai pagi ini.

Tapi sepertinya si perawat iba juga melihatku. Terbukti dia berhasil mendapatkan satu dus makanan kelebihan jatah pasien untukku. Kebetulan ternyata syarat administrasi telah selesai dan sudah tersedia juga kamar kosong sehingga aku bisa pindah ke kamar.

Ruangan tempatku lumayan bersih tersedia untuk tiga orang pasien. Sesampai di ruangan aku langsung membuka makanan yang diberikan. Tampilannya sih cukup enak kelihatannya. Si perawat yang masih ada di ruanganku mempersilakan aku untuk makan.

Aku segera menyantap hidangan yang tersedia. Baru sesuap saja masuk ke mulut rasanya aku ingin memuntahkannya. Tapi malu juga sama si perawat yang telah bersusah payah mencarikanku makanan. Menu yang kusantap sepertinya adalah untuk pasien darah tinggi dan mungkin pengidap diabetes karena sama sekali tidak diberi bumbu apa-apa jadi terasa anyep dan hambar di lidahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun