Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungkanlah, Pesan Berbagi Akan Terasa Begitu Bermakna, Saat Kita Sedang dalam Kesulitan

31 Desember 2020   07:45 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:51 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi berbagi - pixabay.com

Harus terkurung bagaikan terpenjara di rumah sendiri sangatlah menyiksa. Karena tak boleh keluar rumah bahkan untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari. Itulah yang kurasakan selama beberapa hari. Disini aku baru merasakan makna dari pesan 'Berbagi, Memberi, Menyantuni'.


Semua bermula saat aku sepulang kerja merasakan tenggorokan sedikit gatal. Ku pikir itu hanyalah batuk biasa sehingga aku hanya minum obat batuk yang kebetulan selalu tersedia di rumah.

Empat hari kemudian aku mulai merasa badan sedikit kurang enak. Terasa menggigil apalagi jika bersentuhan dengan air sekedar mencuci muka. Sepertinya aku mulai menderita demam. Selama beberapa hari itu perutku terasa kembung dan sulit untuk 'BAB'.

Nafsu makanku menurun drastis. Aku hanya mampu menelan beberapa sendok makanan. Sampai-sampai memegang sendok saja terasa gemetar. Setiap malam aku sulit tidur. Kakiku beberapa kali mengalami kram.

Isteriku juga mengalami batuk, pilek dan demam sehingga di hari keenam aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke klinik dekat rumah. Karena aku juga mulai merasakan sesak pada pernafasanku. Menurut dokter asam lambungku juga naik sehingga menyebabkan sulit 'BAB'.

Setelah meminun obat dari dokter lumayan asam lambungku membaik dan proses 'BAB' mulai lancar. Namun batuk dan sesak nafasku masih terasa mengganggu. Sesekali aku merasa demam dan sakit kepala.

Kedua anakku mulai mengalami gangguan batuk dan pilek serta demam. Bahkan disertai muntah setiap kali masuk makanan. Yang membuatku mulai agak curiga anakku yang pertama mulai merasa kehilangan daya penciumannya.

Hari itu aku akhirnya memutuskan untuk tidak masuk kerja. Selain karena kesehatanku yang semakin menurun, aku juga ingin memeriksakan anak pertamaku ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatannya.

Pagi-pagi aku dan anakku sudah tiba di puskesmas. Beberapa saat menunggu dalam antrian, akhirnya nama kami dipanggil untuk masuk ke ruangan pemeriksaan.

Setelah menceritakan keluhan batuk, sesak nafas dan demam yang kurasakan serta puteriku yang kehilangan indera penciumannya, dokter mulai memeriksa kami. Ia kemudian meresepkan kami beberapa obat untuk diminum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun