Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berkalang Tanah

4 November 2020   10:44 Diperbarui: 4 November 2020   10:52 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah yang mati di Botswana - Handout via Reuters - Kompas.com

Kepada padang rumput savana. Ingin kusampaikan sebuah berita duka cita. Tentang ratusan cicit dari hewan zaman purba. Yang menggelepar tanpa kutahu musababnya.

Gading-gading sang gajah seolah tak lagi indah. Saat raksasa nan menggemaskan harus terbujur berkalang tanah.  Bumi Afrika menjadi saksi tubuh-tubuh yang meluruh. Jatuh di tengah riuh teriakan konservasi menyeluruh.

Alam tlah tercemar dan teracuni
Rimba kehilangan keperawanannya
Para penjarah kayu tak lagi punya nurani
Sementara sang pemburu membantai demi secuil harta dunia

Akankah kau biarkan semua musnah
Hingga punah
Layaknya satwa-satwa pra sejarah
Terbujur kaku berkalang tanah

Lalu kelak kau hanya mampu tinggalkan kisah

Tentang masa-masa indah


Seekor satwa liar yang dulu pernah kau sebut gajah

Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun