Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayah, Aku Rindu

30 Oktober 2020   10:46 Diperbarui: 30 Oktober 2020   11:10 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semburat mentari membawa kenangan akan seorang lelaki. Petarung tangguh yang harus luruh oleh sakit yang menyerang tubuh. Serupa elang perkasa yang mencoba menjangkau angkasa. Namun tak berdaya, kepak sayapmu penuh luka.

Denting lagu Ebiet membuat anganku menari. Mengais ingatan dari setiap sudut kepala. Mencari kepingan-kepingan tentang senyum dan tawa. Tentang duka dan juga air mata.

Dihiasi rerumputan nan indah bertabur embun pagi. Tanah tempatmu berbaring mungkin tlah lama kering. Namun jejak langkahmu tetap membasah dalam setiap desah. Di sana tersimpan semua memori kisah yang indah.

Kau ingat, Ayah, tentang dongeng Abu Nawas pengiring tidurku. Atau kisah Bima sakti yang kau umpamakan dirimu. Yang membuat aku berharap menjadi Gatotkaca. Ksatria perkasa yang rela berkorban tuk Pandawa.

Andai kau masih disini
Kan ku ajak bercengkrama bersama menghabiskan hari
Di taman indah bertemankan putera puteri
Yang tak pernah lelah ku bagikan cerita tentang sosok tegar nan baik hati

Dalam kelabu langit hari ini
Ku ingin berucap


Ayah, aku rindu

Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun