Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Hujan Teriakkan Namaku

20 Oktober 2020   07:48 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:06 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerimis memercik usik kesendirian yang tak bernama
Dalam gelap yang tak pula menampakkan rupa
Di keheningan yang tak sudi memperdengarkan suara
Tapak-tapak kaki tak pula hendak tinggalkan jejaknya

Bait-bait rintik hujan yang memetik irama setiap detik
Membasah tanah yang memerah karna resah
Aroma air yang mengalir hingga ke hilir
Tak kuasa membawa pesan cinta dari sang pujangga

Kerap berharap dalam sendu yang ku bilang rindu
Menanti datangnya fajar yang mengajar tentang kata sabar
Tak pasti dalam pedih yang tak terperi
Mencoba meyakini sabda dari sang Illahi

Kilat petir mencoba mengguncang fikir
Tetap kunanti dirimu walau semu memilu
Dalam basah yang memasrah
Dalam redupnya pagi aku tetap disini

Menunggu hujan teriakkan namaku

Tangerang, Oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun