Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tak Pandai Membaca Matahari

26 Maret 2019   15:37 Diperbarui: 26 Maret 2019   15:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini aku bertemu matahari
Yang menebar sinar keemasan
Serupa senyum riang dan tawa nan legakan hati
Hangatnya mendekap penuh kedamaian

Hmmm, sepertinya matahari sedang berbunga rasa
Mungkin rembulan tlah membalas cintanya
Atau sang surya sedang mencoba menjilati
Tubuh-tubuh yang melangkah penuh semangat dan imaji

Namun saat senja bersiap menempati sudut cakrawala
Matahari tak lagi bisa kurasa hangatnya
Angin dingin menyeruak
Mengusik kulit yang seharusnya terlindung kain-kain yang seolah tercampak

Awan-awan gelap mulai menitikkan air mata
Matahari tak lagi kuasa tunjukkan diri
Bersembunyi di balik tebalnya awan duka
Dan kesedihan yang seolah menyelimuti

Sepertinya aku tak lagi pandai membaca matahari
Terkadang sinarnya panas menghangatkan
Lalu awan gelap merubahnya menjadi dingin nan membekukan

Serupa engkau sang puteri yang ku jumpa di sepanjang hari
Senyummu selalu penuh misteri
Kulihat kehangatan dan kebekuan yang tak bisa ku mengerti

Bolehkah aku mengungkap sebuah tanya
Tentang resah yang tak lagi ku tahu jawabnya
Adakah kau memendam sekeping rasa yang sama


Tangerang, Maret 2019
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun