Ini merpati kesekian yang terbang ke arahnya. Lelaki yang terduduk tak beranjak di atas karang. Tatapan matanya nampak tergurat ceria. Hilang redup seiring pesan yang akhirnya datang.
Entah berapa matahari pagi. Yang hampiri hangatkan tubuh rentanya. Mungkin sejumlah bintang yang semalam menemani lelapnya. Atau mungkin lebih, tak ingat ia akan pasti.
Tanah yang seolah berlarian mengejar mangsa. Tlah hilangkan memori tentang waktu. Dan terjangan badai ombak yang melibas nusa. Hanyutkan harta-harta berjiwa sirna menjauh.
Tersisa hanya kenangan akan rindu. Kalahkan perihnya luka yang mencabik kulit tak bersisa. Membayang di angan celoteh dan pelukan semu. Merobek hati yang tak sanggup lagi teteskan air mata.
Ia tahu akan datang pesan tuk tuntaskan rasa. Dan hingga sampai saat itu tiba. Karang akan jadi peraduan. Bintang akan hiasi langit tuk ia jadikan teman.
Kini pesan tlah datang dari merpati yang menggenggam lembaran. Lelaki itu berbinar menatap lautan. Jiwa-jiwa penuh cinta menunggunya dengan tatapan sendu. Menanti tuk tuntaskan jutaan rindu.
Tunggu aku. Bisik lelaki itu sambil berjalan menerjang ombak. Pelukan samudra menyambut menghapus duka. Seiring nyanyian pilu yang mengiris kalbu.
Tangerang, Oktober 2018