Sama seperti dunia sepak bola yang sepertinya sengaja membentuk fanatisme dari supporternya demi kepentingan pembentukan citra baik dan kepentingan bisnis dan politis klub. Fanatisme juga dibentuk oleh partai-partai pendukung Capres Cawapres sebagai mesin perang demi mencapai misi-misi politiknya. Tidak perduli ini akan mengakibatkan bentrokan di antara anak bangsa.
Dengan adanya tensi politik yang kian meninggi menjelang pemilu, fanatisme menjadi bahaya laten yang harus diwaspadai oleh semua pihak.
Memasuki masa kampanye nanti dimana massa masing-masing pendukung yang semula hanya bertemu dan bentrok melalui medsos bisa jadi karena akumulasi kebencian yang terbentuk sekian lama menjadi mudah terprovokasi menjadi bentrokan fisik.
Jika ini terjadi maka bukan tidak mungkin fanatisme ini memicu kerusuhan yang meluas yang membahayakan keutuhan kita sebagai bangsa. Korban-korban seperti Haringga bisa jadi berjatuhan lebih banyak lagi demi memenuhi ambisi politik untuk kepentingan jangka pendek semata.
Politisi-politisi kita harus menyadari bahaya ini dan menghentikan segala propaganda yang memanfaatkan fanatisme pendukungnya untuk menyerang atau menganggap musuh setiap pandangan dan sikap politik yang berbeda.
Mereka harus mulai berfikir apa yang terbaik bagi kemajuan bangsa dan bahwa semuanya memiliki tujuan yang sama walaupun mungkin dengan cara yang berbeda.
Mungkin ada baiknya kita kembali menengok dua falsafah Jawa yang terkenal yaitu Nglurug Tanpa Bala dan Menang Tanpa Ngasorake.
Nglurug Tanpa Bala
Dapat diartikan bahwa kemenangan yang diraih janganlah dengan menyerang lawan politik dengan membentuk dan memanfaatkan pasukan pendukung fanatik. Karena massa yang fanatik dalam hal ini akan cenderung destruktif dan berbenturan dengan massa lain yang berlawanan.
Hal itu menjadi kontraproduktif dengan cita-cita pendiri bangsa yang memperjuangkan persatuan dan kesatuan dengan tetesan darah. Dan itu sama saja seperti kita memanfaatkan fanatisme untuk menghancurkan bangsa sendiri dengan menggunakan politik para penjajah devide et impera.
Menang Tanpa Ngasorake
Dapat diartikan kemenangan yang diperoleh janganlah dengan merendahkan atau menjatuhkan orang lain. Kenyataan yang ada saat ini adalah bertolak belakang dengan prinsip ini.
Tayangan yang ada di televisi dan medsos dimana debat antar pendukung yang akan berlaga di pilpres 2019 lebih kepada pencitraan positif para kandidat dan sebaliknya menonjolkan citra negatif lawannya. Bahkan tidak jarang sampai rela membayar pasukan cyber hanya untuk menyerang dengan hoax, mencaci dan ujaran-ujaran kebencian kepada kandidat lawan.