TAXI
Ntah mengapa aku merasa dekat dengan kehidupan sopir taxi.
Mungkin karena kubanyak berinteraksi dengan supir taxi.
Ada suatu masa,setiap tiap hari aku naik taksi dari dan ke tempatku bekerja di Singapura. Pada waktu itu perusahaan tempatku bekerja di Singapura bersedia menanggung biaya perjalan taxi dari rumah ke tempat kerja setiap harinya.
Ada suatu masa lainnya, secara teratur, sebulan sekali bolak-balik Jakarta Singapore karena pada waktu itu anak istriku tinggal di Jakarta sementara aku bekerja di Singapura. Di saat itu, aku merasa senasib dengan banyak supir taxi? Senasib bagaiman? Senasib karena banyak dari supir taxi yang kutemui bertemu anak istrinya di kampung hanya sekali atau dua kali dalam sebulan… tidak jauh bedanya dengan diriku .. .
Begitulah dari percakapan dengan banyak supir taksi, banyak informasi , pelajaran, inspirasi yang kudapat.
Di suatu waktu, aku pernah iri akan kehidupan seorang sopir taxi – mantan bankir- di Singapura, yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan kantoran semata-mata hanya karena ingin dapat lebih tenang dalam menjalani kehidupan ini. Katanya, semenjak menjadi sopir taxi, dia bisa memiliki keleluasan untuk menjalani ibadah secara teratur. Di saat waktu sholat tiba, dia akan meluncur ke Masjid atau tempat sholat terdekat, untuk melakukan sholat sekaligus sedikit beristirahat.
Di lain kesempatan , aku pernah bercakap-cakap dengan seorang sopir taxi lainnya yang berujung pada diskusi berkaitan dengan pencarian makna hidup- pencarian jawaban atas keberaadaan manusia di muka bumi ini. Begini ceritanya”
Mencari Makna Hidup.
Percakapan itu terjadi sewaktu aku menumpang taxi dari kantor ke tempat tinggalku di Singapura beberapa waktu lalu. Radio yang dinyalakan selama perjalanan itu menyajikan berita aksi brutal yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang tengah berlangsung di belahan bumi lainnya.
Sopir taxi itu , lelaki paruh baya berperawakan ramping dari etnis China, berungkali menggelengkan kepalanya dengan risau mendengar berita itu.
“Dunia ini semakin kacau. ”, katanya membuka percakapan.
“Perbuatan orang –orang seperti inilah yang akan membuat peradaban manusia hancur dan membuat Tuhan Murka. Kemarahan Tuhan membuat Kiamat semakin dekat. ” lanjutnya lagi.. dengan nada pesimistis.
“Yah.. kita mesti bersabar… semuanya yang terjadi di dunia ini terjadi atas Ijin-Nya “ kataku menimpali.