Ini makan malam pertamaku di bulan Juni bersama ibu. Aku ingin istirahat sebentar dari hiruk pikuk kota yang tak pernah berhenti melewati telingaku. Aku sampai dari kota tadi siang, lalu membantu ibu menyiapkan makan malam, sudah lama rasanya aku tidak menikmati momen ini.Â
Aku refleks bersin saat ibu menumis bumbu ikan saus pedas  makanan kesukaanku, kalau ada Ayah, pasti suara bersin Ayah sudah bergema ke seluruh ruangan rumah. Aroma cabai rawit yang ditumis memang tak pernah gagal menggelitik hidung.
Makan malam sudah siap, kami berbincang seru diatas meja makan,  suara "huu haa, huu haa" yang terdengar disetiap jeda kalimat  dan keringat yang terus bercucuran di wajah sudah jadi penampakkan  rutin di meja makan jika yang dihidangkan ibu adalah ikan saus pedas kesukaanku.
Setelah makan malam, aku berbincang berdua dengan ibu, mencurahkan semua suka duka hidup sebagai anak rantau kepada ibu. Ibu memelukku dengan penuh simpati, tak bisa ku nafikkan bahwa pelukan ibu selalu berhasil membuatku kembali damai dan yakin untuk kembali mengejar cita-cita dan menjalani hidup  diperantauan. Â
Dinding, lantai dan langit-langit rumah ibu mungkin telah bosan karena sudah lebih 25 tahun melihat aku dalam pelukan ibu. Jika mereka bisa berbicara, mungkin mereka akan menyuruhku untuk segera menikah. Hahaha.
