Mohon tunggu...
Mahbub Risad
Mahbub Risad Mohon Tunggu... profesional -

suka dengan cara berpikir filosofis dan hal-hal yang intuitif.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Taoisme: Melirik Gagasan Tentang Kehidupan

12 Juni 2012   21:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Taoisme mengalami perkembangan nya menjadi tiga fase yaitu, gagasan-gagasan yang dipertalikan kepada Yang Chu menggambarkan fase pertama. Gagasan-gagasan yang diekspresikan dalam sebagian besar buku Lao Tzu menggambarkan fase kedua. serta Gagasan-gagasan yang diekspresikan dalam sebagian besar buku Chuang Tzu menggambarkan fase ketiga dan fase yang terakhir.
Fase pertama, metode Yang Chu dalam melakukannya adalah “melarikan diri”. Ini adalah metode sehari-hari para pertapa yang jauh dari masyarakat dan mengasingkan diri di gunung-gunung dan di hutan-hutan, dengan berbuat seperti ini, ia berpikir dapat menghindari kejahatan-kejahatan di sekitar manusia. tetapi hal-hal yang ada di sekitar manusia demikian complecated-nya sehingga bagaimana pun baiknya seorang menyembunyikan diri, tetap saja ada kejahatan-kejahatan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, ada waktu-waktu ketika metode “melarikan diri” ini tidak dapat menghasilkan apa-apa.
Fase kedua, gagasan-gagasan yang diekspresikan dalam sebagian besar buku Lao Tzu menggambarkan suatu usaha untuk mengungkapkan hukum-hukum yang mendasari perubahan segala sesuatu di alam semesta, segala sesuatu itu berubah, tetapi hukum-hukum yang mendasari perubahan itu tetap tidak berubah. Jika seseorang mengerti tentang hukum-hukum ini dan mengatur tindakan-tindakannya sesuai dengannya, maka kemudian ia akan dapat mengarahkan segala sesuatu untuk keberuntungannya. Meskipun demikian, tidak ada jaminan yang bersifat absolut. Dalam perubahan segala sesuatu, baik di dalam dunia alamiah maupun dalam dunia manusia, selalu ada unsur-unsur yang tidak terlihat. Sehingga walaupun telah dijaga dengan bersungguh-sungguh, kemungkinan besar seorang akan menderita kerugian tetap saja ada. Inilah mengapa dengan pemahaman yang lebih dalam buku Lao Tzu mengatakan “alasan mengapa saya mengalami bencana yang besar adalah karena saya mempunyai tubuh, jika tidak ada tubuh , dapatkah bencana itu terjadi?”.
Fase ketiga, Kata-kata di atas menampakkan pemahaman yang lebih dalam dikembangkan dalam banyak bagian Chuang Tzu, didalam nya terdapat konsep yang mempersamakan kehidupan dengan kematian, dan pengindentikan diri dengan yang lain. Ini maksudnya, melihat kehidupan dan kematian, diri sendiri dan orang lain, dari suatu sudut pandang yang lebih tinggi. Dengan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yag lebih tinggi ini, maka seseorang dapat melampaui keberadaan dunia ini. Ini juga merupakan bentuk “melarikan diri”, tetapi bukan pelarian diri dari masyarakat gunung-gunung dan hutan-hutan, tetapi dari dunia ini ke dunia lain.
Bagian pertama mengilustrasikan teori tentang penyelamatan hidup, sedang bagian kedua mengilustrasikan teori tentang penyelamatan hidup, “memiliki kualitas istimewa” berhubungan dengan melakukan perbuatan baik. Bagian ketiga, pendapat yang ditengah diantara pendapat yang ekstrim. yang diindikasikan, jika seorang manusia tidak dapat melihat dari sudut pandang yang lebih tinggi, tak satupun metode ini dapat memberikan jaminan yang bersifat mutlak kepadanya untuk lepas dari bahaya dan kerugian. melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih tinggi, maksudnya”meniadakan diri”
Biografi, karya. Dan ajarannya
Chuang chou, yang lebih dikenal dengan Chuang Tzu, merupakan tokoh terbesar dari penganut Taoisme. Hanya sedikit yang dapat diketahui tentang kehidupannya kecuali bahwa ia adalah penduduk asli dari sebuah negara kecil bernama Meng yang terletak di perbatasan antara provinsi Shatung dan Honan sekarang ini, tempat dimana ia menjalani hidup sebagai seorang pertapa. Namun sekalipun demikian, ia terkenal karena gagasan-gagasan dan tulisan-tulisannya. Diceritakan bahwa ketika Raja Wei yang memerintah negara ch`u mendengar namanya, pada suatu hari mengirim utusan-utusan dengan membawa hadiah-hadiah untuk mengundangnya mengunjungi negara Ch`u, saambil menjanjikan untuk mengangkatnya sebagai menteri utama, tetapi Chuang Tzu hanya tertawa daan berkata kepada mereka: “…….. pergilah, jangan mengotori diriku…..saya lebih suka mengenyam kenikmatan yang diberikan oleh kehendak bebas saya”.
Chuang Tzu hidup sezaman deengan Mencius daan merupakan sahabat Hui Shih, namun buku yang berjudul Chuang-tzu seperti yang dikenal dewasa ini, barangkali adalah himpunan yang disusun oleh Kuo Hsiang. Dalam kenyataan buku ini merupakan kumpulan berbagai tulisan para penganut Taoisme.
Karena meskipun nama Chuang Tzu dapat dipakai untuk mewakili tahap terakhir Taoisme Dini, namun mungkin system pemikirannya disempurnakan secaara penuh hanya oleh para pengikutnya.
Taoisme : Suatu paham untuk mencapai Kemanunggalan dengan Alam
Perkembangan bebas dari kodrat manusia bisa mengarahkannya kepada jenis kebahagiaan relatif; kebahagiaan mutlak dapat dicapai lewat pemahaman yang mendalam terhadap kodrat daari segala sesuatu.
Untuk melakukan syarat pertama, yakni perkembangan bebas daari kodrat kita, maka seharusnya kita menggunakan secaara penuh daan bebas kemampuan kita yang bersifaat kodrati. Kemampuan itu adalah Te kita, yang secara langsung berasal dari Tao. Mengenai Tao dan Te, Chuang Tzzu memiliki pemikiran yang sama dengan lao Tzu. Misalnya, ia berkata: “pada awal mulanya yang ada adalah Bukan-Yang-Ada, Bukan-Yang-Ada ini tidak memiliki sifat Yang-Ada maupun nama, dan dari dialah muncul Yang-Tunggal. Tatkala Yang-Tunggal muncul, maka terdapat Yang-Tunggal, namun masih dalam keadaan tanpa bentuk. Ketika sesuatu memperoleh bentuk yang menyebabkan sesuatu itu terjadi, maka bentuk itu disebut Te”
Te yang kita milikilah yang membuat kita menjadi keadaan kita saat ini. Kita bahagia ketika Te ini atau kemampuan kodrati kita itu berkembang dengan penuh dan bebas.
Segala sesuatu berbeda dalam sifat kodratnya dan kemampuan kodratnya juga tidak sama, tetapi yang sama-sama mereka alami adalah bahwa mereka semua merasa bahagia ketika mereka mempergunakan kemampuan kodrati mereka secara penuh dan bebas.
Kebahagiaan relatif bersifat relatif karena ia tergantung pada sesuatu. Memang benar bahwa seseorang merasa bahagia bila dapat menggunakan kemampuan kodratinya secara penuh dan bebas. Tetapi ada banyak cara yang dapat menghalangi penggunaan kemampuan ini. Misalnya, adanya kematian yang mengakhiri segala aktifitas manusia. Adanya sakit yang menghalangi kegiatan manusia. Adanya usia tua yang menimbulkan kesulitan yang sama. Karenanya; kebahagiaan yang tergantung pada penuh dan bebasnya latihan dari kemampuan kodrati manusia adalah bersifat terbatas dan oleh karena itu merupakan kebahagiaan relatif.
Mereka yang bersikap tenang pada peristiwa yang tepat dan mengikuti perjalanan kodrat, tidak akan dapat dipengaruhi oleh duka cita atau kegembiraan. Mereka semua digolongkan sebagai manusia-manusia Dewata, yang terlepas dari belenggu.
Tetapi, terdapat garis pemikiraan Taoisme berikutnya, yang menekankan relativitas sifat kodrat segala sesuatu dan identifikasi manusia terhadap Alam Semesta. Untuk mencapai identifikasi ini, manusia memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang berada pada tahap yang lebih tinggi, dan kebahagiaan yang dihasilkan oleh identifikasi ini benar-benar merupakan kebahagiaan yang bersifat mutlak.
Alam semesta adalah kesatuan segala sesuatu. Jika kita telah mencapai kesatuan ini dan mengidentikkan diri kita dengannya, maka anggota-anggota tubuh kita tak ubahnya seperti debu dan kotoran, sedangkan hidup dan mati, akhir dan awal, tak ubahnya seperti berurutannya pergantian siang daan malam yang tidak akan menggangu kedamaian batin kita.
Agar dapat menyatu dengan kesatuan Yang Besar / alam semesta, manusia bijakssana harus melampaui dan melupakan perbedaan yang ada diantara segala sesuatu dengan sesuatu yang lain. Caaara yang daaapat ditempuh untuk mencaapai hal ini adalah dengan membuang pengetahuan yang merupakan metode yang dipergunakan oleh penganut taoisme untuk mencaapai “bijaksana di dalam”. Tugas pengetahuan daalam pengertian sehari-hari adalah untuk menciptakan perbeddaaaan; antara sesuatu itu dengan sesuatu yang lain. oleh karena itu membuang pengetahuan artinya melupakan segala perbedaan-perbedaan ini. Manakala perbedaan itu telah terlupakan, maka yang ada hanyalah satu yang tak terbedakan, yitu Keseluruhan Yang besar. Dengan mencapai kondisis ini, maka dapatlah dikatakan bahwa manusia bijaksana mempunyai pengetahuan lain yang bertingkat serta lebih tinggi, yang oleh penganut Taoisme disebut “pengetahuan yang bukan pengetahuan”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun