Mohon tunggu...
Karnoto
Karnoto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Me Its Me

Wiraswasta | Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta | Penulis Buku Speak Brand | Suka Menulis Tema Komunikasi Pemasaran | Branding | Advertising | Media | Traveling | Public Relation. Profil Visit Us : www.masnoto.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adu Gengsi Partai Koalisi

5 November 2019   09:31 Diperbarui: 5 November 2019   09:31 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks sistem presidensial memang tidak mengenal istilah koalisi, tetapi kata ini hanya untuk memudahkan istilah saja sehingga kita bisa melihat posisi partai politik. Detik - detik menjelang pengumuman menteri pada periode kedua Jokowi cukup ramai, hanya saja keramaian itu lebih banyak dilakukan oleh manuver partai politik khususnya mereka yang berada di koalisi. Ada pemandangan adu gengsi antar partai koalisi. Paling kentara itu terjadi antara Partai Nasdem, Partai Solidaritas Indonesia dan PDI Perjuangan.

Surya Paloh sebagai Ketua Partai Nasdem sebenarnya mulai rada - rada gimana gitu, setelah mendengar statement Megawati Soekarnoputeri yang secara tegas dibumbui nyinyiran agar PDIP mendapatkan jatah lebih banyak di kursi menteri. Namanya juga partai pemenang dan Jokowi sendiri berasal dari PDIP jelas wajar Mega meminta jatah lebih banyak.

Dalam video yang beredar di sosial media, Surya Paloh seperti rada - rada gimana gitu mendengar ucapan Mega itu. Raut mukanya rada mendung mendengar kalimat itu. Drama pun berlanjut saat beredar di sosial media ketika Mega menyalami sejumlah tokoh tapi justru Surya Paloh dilewati. Video ini viral di sosial media.

Setelah pertunjukan ini mulailah Surya Paloh seperti melakukan balasan sebagai jawaban atar perakuan Mega terhadap dirinya dan Nasdem. Ia pun mengumpulkan pimpinan partai kolaisi minus PDIP. Tak berhenti disitu, Surya Paloh pun menyambangi PKS di kantornya. Surya Paloh jelas tidak akan terus terang membuka perasaan yang dirasakan saat ini.

Balasan Surya Paloh untuk menjaga gengsi adalah posisi bahwa Nasdem akan tetap menjadi partai koalisi yang kritis terhadap pemerintah. Statement ini jelas mengirimkan pesan bahwa Nasdem kurang nyaman dengan koalisi sekarang. Meski ketika ditanyakan apakah terkait posisi menteri dan masuknya Prabowo, saya yakin Nasdem akan menyanggah alasan ini karena alasan ini tidak menguntungkan.

Dari sekian partai koalisi memang Nasdem paling menunjukan ketidaknyamannya, maklum Nasdem merupakan partai koalisi yang suaranya naik dan memiliki infrastruktur cukup kuat termasuk di dalamnya ada backup media dengan jaringan Media Indonesia. Megawati sendiri cerdik memasukan Prabwo menjadi mitra koalisi karena dari sisi moralitas, Prabowo memang dikenal orang yang loyal dan tidak punya catatan buruk soal komitmen. Apalagi antara Megawati dan Prabowo secara gen juga lebih dekat ketimbang dengan Surya Paloh.

Orangtua mereka sudah menjadi koalisi dizaman orde lama dan sejak kemerdekaan jadi secara keluarga jelas lebih dekat. Keduanya juga bisa saling mengkonfirmasi perihal beberapa isu yang selama ini menjadi hambatan komunikasi, seperti isu radikalisme, isu FPI termasuk di dalamnya soal kriminalisasi ulama.

Megawati bisa meminta informasi yang berdasarkan fakta tentang mereka kepada Prabowo sebagai tokoh yang sudah bergaul akrab dengan komnitas muslim yang selama ini bersebarangan dengan PDIP. Pada bagian lain, Megawati juga ingin menunjukan kepada mitra koalisi lainnya bahwa ada teman baru tapi lama yang sekarang menjadi solmade Mega.

Pesan utamanya jelas, Mega tidak khawatir tak punya teman. Andaikan mitra koalisi lain tidak suka dan keluarpun Megawati masih punya teman koalisi yaitu Gerindra dan Prabowo. Sementara gengsi partai koalisi lain seperti PPP, PKB dan PSI tidak seberani Nasdem, maklum secara bargaining mereka tidak sekuat Nasdem.

Jadi, kalau toh dikasih wakil menteri atau jatah menterinya seuprit mereka tidak akan berani melakukan manuver. Sekali melakukan manuver dan Megawati marah bisa hilang posisi strategis di pemerintahan sedangkan mereka membutuhkan. Jadi, gengsi mereka masih di belakang layar dan memilih Nasdem sebagai perwakilan untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun