Mohon tunggu...
Karnoto
Karnoto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Me Its Me

Wiraswasta | Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta | Penulis Buku Speak Brand | Suka Menulis Tema Komunikasi Pemasaran | Branding | Advertising | Media | Traveling | Public Relation. Profil Visit Us : www.masnoto.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Partai Gelora, "Ranjang" Mimpi Fahri Hamzah

5 November 2019   00:58 Diperbarui: 6 November 2019   08:20 2196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: KOMPAS.com/Nabilla Tashandra

Konsepsi negara ideal benar-benar menjadi ambisi Fahri Hamzah untuk bisa dieksekusi. Sebelumnya ia punya mimpi bisa mengeksekusi impiannya itu melalui Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun "ranjang" itu sudah tidak bisa diharapkan lagi karena ia terusir.

Bukan saja terusir dari ranjang melainkan dari rumah lamanya itu. Bukan saja pisah ranjang tetapi langsung jatuh talak tiga yang artinya cerai. Normalnya sebuah perceraian tentu menyisakan berjuta rasa dan perasaan termasuk mengaduk-aduk perasaan.

Jangan heran kelau kemudian letupan pun terjadi sebagai ungkapan rasa dan perasaan yang campur aduk. Antara kecewa, pertanyaan kenapa ini bisa terjadi, dan rentetan rasa lainnya.

Seperti perceraian pada umumnya, masalah tak selesai pada perpisahaan melainkan ada problem harta "gono-gini". Meski istilah ini tak tepat tetapi untuk memudahkan imajinasi kita saja agar lebih jelas memvisualisasikannya.

Pasca-cerai, Fahri meminta harta "gono-gini" dari PKS senilai Rp 30 miliar. Salah satu yang diminta adalah aset kantor DPP PKS di Jalan Simatupang.

Tapi saya tidak akan masuk terlalu jauh ke masalah itu, melainkan mimpi Fahri Hamzah yang masih mengendap dalam pikirannya soal negara. Mimpi-mimpi kecil Fahri memang sebagian sudah diletupkan di parlemen selama ini meskipun belum seluruh mimpinya bisa menjadi kenyataan.

Setiap diskusi Fahri memang selalu menggunakan logika negara sehingga meski suaranya menggelegar tetapi masih rasional. Ini berbeda dengan politisi lainnya yang cenderung lepas kontrol saat berdebat tentang negara.

Menyadari bahwa dia tidak akan bisa merealisasikan mimpinya di ranjang lama, maka Fahri pun membuat ranjang baru yang namanya Partai Gelora.

Bahan-bahan partai ini sebenarnya sudah lama disiapkan dengan ikatan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi). Sebagai orang yang menggunakan logika negara maka Fahri jelas paham tidak akan bisa kalau menggunakan ormas. Maka iapun mendirikan partai politik.

Partai Gelora inilah yang menjadi ranjang mimpi Fahri Hamzah untuk bisa menuangkan ide kenegaraanya dalam teknis demokrasi. Jika dilihat dari positioning tampaknya Partai Gelora akan langsung membawa ke tengah ketimbang ke posisi kanan sebagaimana PKS.

Pilihan posisi ini cukup rasional jika dikaitkan dengan sosok Anis Matta. Ia memiliki cara pandang berbeda dalam melihat konsepsi negara yang cenderung lebih global dan tidak begitu kental dengan aliran kanan.

Tak hanya pemikiran, secara tampilan fisik Anis Matta sebagai tokoh utama Partai Gelora juga lebih stylish dan bisa diterima oleh lapisan masyarakat tengah, terutama middle class muslim yang tidak memiliki afiliasi dengan partai politik manapun.

Positioning ini tidak mudah sebenarnya karena harus berhadapan langsung dengan partai tengah lainnya, seperti Nasdem, Golkar, Demokrat, atau PAN.

Positioning itu menjadi penting bagi sebuah brand termasuk partai politik, karena positioning ini akan memengaruhi tool komunikasi pemasaran yang akan dilakukan sebagai salah satu aktivasi branding. Hanya saja kelebihan Anis Matta adalah dia membawa cerita yaitu Arah Perubahan Baru menuju negara lima besar dunia.

Menurut saya cerita ini menjadi penting pula sebagaimana layaknya dulu Soekarno yang punya cerita Kemerdekaan, Soeharto yang punya cerita pembangunan, Gusdur yang punya cerita pluralisme, Prabowo yang punya cerita Macan Asia, Jokowi yang punya cerita Revolusi Mental.

Tinggal apakah cerita itu bisa diimplementasikan secara teknis atau sekadar menara gadung dan tidak membumi.

Tapi apapun itu, Fahri Hamzah cs kini sudah memiliki ranjang politik sendiri, di mana mereka bisa leluasa membuat sketsa negara yang diperjuangkan dalam partai politik tersebut. 

Apakah sketsa negara yang selama ini disampaikan Fahri dan menjadi ide besarnya akan bisa diperjuangkan dalam partai politik yang didirikan atau tidak. Hasilnya tentu baru akan diketahui nanti setelah mereka benar-benar ekspansi dan melakukan aktivasi branding atas nama Partai Gelora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun