Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter

https://www.maharprastowo.com -- https://wa.me/6285773537734 -- Praktisi Media dan PR -- "Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah?" -- Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit."

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Surga Bajakan atau Surga Ilusi? Sebuah Cerita dari Mangga Dua

23 April 2025   14:53 Diperbarui: 24 April 2025   09:57 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu toko tas branded KW di ITC Mangga Dua, Jakarta Utara, saat dikunjungi Kompas.com, Rabu (29/3/2023) | KOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL

Mangga Dua. Nama yang harum bagi pemburu barang murah. Tapi juga nama yang mencuat dalam laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sebagai "pasar bebas" barang bajakan.

Tentu bukan kali pertama. Sudah dari dulu, sejak era CD game PlayStation dan DVD film bajakan yang dirakit di kamar kos, kawasan ini memang terkenal dengan dua hal: harga miring dan barang nyaris asli.

Tetapi, kisah Mangga Dua bukan semata cerita bajakan. Ia lebih seperti ilusi raksasa tentang dunia konsumerisme kelas menengah Indonesia. Di sana, kita bisa menemukan apa saja: dari jam tangan mewah bermerek yang nyaris tak bisa dibedakan, hingga laptop gaming dan ponsel canggih yang katanya "ready stock", padahal harus inden 2-3 bulan, dan kalau rusak, katanya harus "diservis di Singapura".

Saya mencium keanehan itu sejak dulu. Mengapa merek-merek besar bisa begitu "ramah" dijual bebas di kios-kios kecil berlampu neon remang, tanpa papan nama resmi? Mengapa banyak pembeli percaya bahwa hanya di sana mereka bisa dapat harga terbaik --- lengkap dengan garansi "bisa diurus" asalkan sabar menunggu?

Ketika sebuah gudang terbakar, ternyata tempat servis sebuah brand ternama yang katanya
Ketika sebuah gudang terbakar, ternyata tempat servis sebuah brand ternama yang katanya "harus dikirim ke Singapura". (Ilustrasi ai)

Lalu saya ingat peristiwa belasan tahun silam. Kebakaran hebat melalap salah satu blok elektronik di Mangga Dua. Yang membuat geger bukan apinya, tapi temuannya. Di tengah puing-puing, ditemukan tumpukan perangkat elektronik mahal. Banyak dari mereka katanya sedang diservis. Dikirim ke Singapura. Padahal kenyataannya: mereka ngendon di gudang sempit yang panas. Di balik rolling door. Bersama aroma keringat teknisi tentunya.

Tentu ada yang menyangkal. Itu hanya sebagian kecil. Tidak semua toko di Mangga Dua seperti itu. Tapi publik punya memori panjang --- apalagi para pehobi teknologi yang sudah kenyang dibodohi oleh istilah "barang eks-Singapura", "rekondisi Batam", atau "garansi toko 3 bulan, tapi bisa diatur".

Ilustrasi Mangga Dua (ai)
Ilustrasi Mangga Dua (ai)


Saya coba menyusuri Mangga Dua beberapa pekan lalu. Sebelum ke Surabaya. Tidak banyak berubah, kecuali tampilannya yang kini sedikit lebih modern, tapi tetap penuh dengan lobi yang sepi dan eskalator yang ngadat. Di salah satu toko, saya bertanya soal laptop flagship dari brand premium.

"Ready, tapi kalau mau warna ini harus inden. Bisa 1 bulan. Kita kirim ke Singapura dulu," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun