Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter

https://www.maharprastowo.com -- https://wa.me/6285773537734 -- Praktisi Media dan PR -- "Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah?" -- Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit."

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Udang dan Sebuah Jalan Baru

16 April 2025   12:45 Diperbarui: 16 April 2025   12:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan Udang. (dokpri) 


Udang dan Sebuah Jalan Baru

Oleh: Mahar Prastowo

Ada yang tak lagi renyah di meja makan Amerika. Bukan karena bumbunya kurang garam, tapi karena Negeri Paman Sam mulai ogah beli udang dari Indonesia, yang harganya menaik seiring kebijakan proteksionisme Trump. Alih-alih mau menghidupkan industri dalam negeri AS, malah menurunkan daya beli masyarakat, dan melemahkan daya tarik ekspor dari negara-negara lain.

Padahal udang adalah emas cair dari tambak. Ia menopang hidup petambak kecil dari Aceh hingga Lampung, dari Sulawesi hingga pesisir Jawa. Lebih dari 150 ribu ton udang per tahun meluncur ke Amerika. Nilainya? Hampir 2 miliar dolar.

Tapi kini, pasar itu keropos. Amerika mengetatkan standar. Isu keberlanjutan, jejak karbon, hingga tuduhan dumping menjadi hantaman. Indonesia pun terancam kehilangan pintu ekspor terbesarnya.

Lalu ke mana udang-udang itu akan pergi?

Petani tambak udang (ilustrasi.ai)
Petani tambak udang (ilustrasi.ai)

Saya membayangkan sebuah pagi di tambak udang tradisional di Lampung. Pak Wiryo, petambak yang sudah 30 tahun berkutat dengan air asin, duduk memandangi kolamnya.

"Kalau gak dibeli Amerika, siapa yang mau beli, Pak?" tanyanya lirih kepada air yang tenang.  

Air itu tak menjawab. Tapi negara harus.

Menjual udang ke Tiongkok? Bisa. Tapi harga mereka seperti pembeli di pasar tradisional---menawar habis.

Kirim ke Eropa? Bisa juga. Tapi siap-siap dengan regulasi rumit.

Jepang dan Korea? Konsisten, tapi pilih-pilih.

Timur Tengah? Tumbuh, tapi perlu promosi besar-besaran.

Maka muncullah satu ide gila. Tapi sangat Indonesia: 
UDANG UNTUK ANAK SEKOLAH!

Ya. Pemerintah sedang menyiapkan pemerataan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Targetnya 24 juta anak. Mungkin untuk tahun ini, karena total target adalah 54 juta dan baru tercapai 3 jutaan pada awal tahun ini.

Jadi taruh saja angka 24 juta anak sekolah.

Jika satu anak makan 100 gram udang saja per hari, dikali 200 hari belajar, maka butuh hampir 480.000-ton udang per tahun.

Angka itu tiga kali lipat volume ekspor ke Amerika!

Gila? Mungkin. Tapi di situlah tantangannya. Dan peluangnya.

Cover Tmbak dan Piring Anak Bangsa
Cover Tmbak dan Piring Anak Bangsa
Apa artinya?

Pertama, udang bukan lagi sekadar komoditas ekspor. Ia bisa jadi alat revolusi gizi nasional. Anak Indonesia makan udang, bukan cuma untuk pintar, tapi juga untuk menyelamatkan petambak di pelosok.

Kedua, ini momentum untuk mengatur ulang ekosistem udang nasional. Dari tambak hingga piring makan anak-anak. Dari ekspor bahan mentah ke produk olahan dalam negeri.

Ketiga, Indonesia bisa menunjukkan kepada dunia: kami tak cuma produsen bahan mentah, tapi negara dengan program makan gratis paling ambisius yang menyerap hasil bumi sendiri.

Tapi, ya itu tadi. Butuh keberanian.

Ada risiko, tentu. Anggaran MBG tidak kecil. Rantai pasok harus dibangun. Standar keamanan pangan harus ketat. Korupsi harus dicegah. Dan industri udang harus siap bertransformasi.

Tapi saya lebih suka risiko seperti ini---daripada hanya mengandalkan satu negara pembeli.

Karena suatu hari, Pak Wiryo ingin melihat cucunya makan udang bukan karena mahal, tapi karena itu bagian dari masa depannya.

Dan saya ingin melihat ekspor Indonesia bukan cuma kuat di angka, tapi juga berdaulat di strategi.

Kita kehilangan Amerika? Bukan masalah. Kita punya 24 juta anak yang lapar dan berhak makan udang.

[]

Ikuti perpektif saya di maharprastowo.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun