Mohon tunggu...
Mahardhika Zifana
Mahardhika Zifana Mohon Tunggu... Penulis - Just an ordinary man

I'm a Sundanese who love my people, culture, language, and religion.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Siapa Hatim?

6 Juli 2014   20:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terhitung sejak tanggal 2 Juli 2014, stasiun televisi ANTV memutar serial impor asal India The Adventures of Hatim. Pada mulanya, saya tidak terlalu antusias. Biasa saja. Malah boleh dikatakan ga peduli sama sekali. Sampai suatu hari, saat mengobrol soal acara TV, salah satu teman saya bertanya,

“Eh. Itu Hatim kan produksi India, ya? Kenapa juga kisahnya ber-setting di Yaman.”

Nah, gara-gara pertanyaan itulah naluri peneliti saya muncul. Hehe... dan mencoba-mencari tahu siapa Hatim.

Hatim dalam serial Adventures of Hatim adalah salah satu karakter yang ada dalam kisah Arabian Nights (Kisah 1001 Malam). Syahdan, di India dan Pakistan sana, Hatim ini adalah salah satu dari sekian banyak tokoh Kisah 1001 Malam yang populer. Mungkin popularitas Hatim di sana sama dengan popularitas Aladdin di negeri kita.

Ini memang unik. Kisah 1001 Malam memberikan efek yang berbeda-beda di setiap kawasan. Kalau di negeri kita Aladdin yang paling beken, ternyata di Asia Selatan Hatim-lah yang paling beken. Sementara di Amerika Serikat, Sindbad si Pelaut yang paling beken. Pun di negeri-negeri lainnya, tokoh yang bekennya berbeda-beda.

Oke. Lalu apa yang unik dari Hatim? Begini: Kisah 1001 malam memuat ratusan cerita dengan ribuan karakter. Nah, dari sekian banyak karakter dalam kisah Seribu Satu Malam, beberapa tokoh adalah figur nyata yang benar-benar hidup, bukan sosok fiktif. Contohnya, yang juga beken, adalah Abu Nawas. Kebetulan, tokoh bernama asli Abu-Nuwas Al Hasan bin Hani Al Hakami ini juga populer di Indonesia. Kemudian ada Raja Persia, Kisra II, dan Permaisurinya Shirrin. Selain itu, sekurangnya ada tiga Khalifah Abbasiyah yang juga menjadi subjek cerita, yakni Harun Al Rasyid, Al Mustadzi, dan Al Mustansir Billah.

Walau demikian, perlu dicatat bahwa keberadaan tokoh-tokoh nyata itu hanya bumbu kiasan dalam kisah yang fiktif. Jadi walaupun tokohnya nyata, kisah-kisahnya tetap fiktif dan tidak bisa dianggap sebagai catatan sejarah yang benar-benar terjadi. Kisah 1001 Malam hanya dongeng, bukan catatan peristiwa nyata. Jadi, kalau menurut saya, keberadaan beberapa tokoh tersebut dalam rangkaian Kisah 1001 Malam hanyalah bentuk atribusi masyarakat atas besarnya pengaruh tokoh-tokoh itu dalam perkembangan kebudayaan mereka.

Oke. Sekarang kita kembali ke Hatim. Siapa Hatim? Hatim adalah tokoh yang benar-benar ada, hidup, dan melegenda. Dalam bahasa Arab moderen, ada sebuah ungkapan berbunyi

أكرم من حاتم

“Lebih dermawan daripada Hatim.”

Hatim Al-Tha’i (حاتم الطائي) memiliki nama lengkap Hatim bin Abdullah bin Sa'ad Al-Tha’i (حاتم بن عبد الله بن سعد الطائي) adalah seorang Kristen yang hidup pada masa pra-Islam (Jahiliyyah). Hatim dilahirkan dari keluarga bangsawan Tha’i dan pernah tinggal di Yaman. Dia terkenal sebagai penyair berwajah tampan yang sangat dermawan. Dari sifat dermawannya yang luar biasa itulah muncul ungkapan “Lebih dermawan daripada Hatim.”

Banyak buku ditulis tentang Hatim dalam berbagai negara dan bahasa. Beberapa film dan Serial TV tentang petualangannya bermunculan. Dalam Kitab  Kitab al-Aghani karya Abu Al-Faraj Al-Isfahani, disebutkan bahwa Hatim Sang Dermawan ini wafat pada tahun 578 Masehi, atau 8 tahun setelah Nabi Muhammad Saw. Jadi, Hatim tidak sempat bertemu Nabi (Saw), apalagi menyimak dakwah beliau. Walau demikian, beberapa penulis menyebutkan bahwa dalam beberapa Syair gubahan Hatim ada semacam siloka yang menandakan Hatim meramalkan kedatangan Sang Nabi. Uniknya, Nabi Muhammad Saw juga sempat menyebut nama Hatim dalam beberapa Hadits. Hingga detik ini, nama Hatim melegenda di berbagai buku dan cerita. Ia juga seorang tokoh yang terkenal di seluruh Timur Tengah serta India & Pakistan.

Nah. Keistimewaan Hatim Al Tha’i ini tidak berhenti sampai di situ.  Bangsa Arab di Zaman Jahilliyah membagi 3 kategori di mana seorang Arab bisa dikatakan terpandang, yaitu orang yang mempunyai garis keturunan bangsawan, orang yang mempunyai harta yang melimpah, dan orang yang mempunyai kuda perang. Kuda perang di zaman itu sangat mahal karena tubuhnya yang besar dan kekar, tidak semua orang sanggup membelinya (ingat Allah menamakan salah satu Surah Al Aadiyat –Kuda-Kuda Perang).

Hatim menjadi sangat dihormati masyarakatnya karena selain bangsawan, dan saudagar kaya raya, dia juga mempunyai seekor kuda perang terbaik yang diinginkan oleh raja-raja negara lain. Dalam suatu riwayat, dikisahkan bahwa Hatim adalah seorang yang sangat menghormati tamunya dan tidak segan-segan memberi kepada tamunya.

Kisah masyhurnya Hatim sebagai orang yang sangat menghormati tamunya berawal ketika datang seorang utusan Kaisar Romawi. Seperti biasanya, Hatim mempersilahkan utusan tadi untuk singgah di rumahnya. Dijamulah utusan tersebut dengan makanan-makanan yang sangat lezat, setelah itu sang utusan dipersilahkan istirahat di kamar yang telah disediakan. Hari itupun berlalu, keesokan harinya Hatim menanyakan maksud sang utusan menemuinya. Sang utusan mengutarakan maksud rajanya untuk membeli kuda perang Hatim yang terkenal hebat dan sangat mahal.

Tiba-tiba Hatim tersenyum lebar mendengar ucapan sang utusan tadi, sang utusan tersebut bingung. Kemudian dengan penasaran bertanya, kenapa dia tersenyum. Lalu hatim berkata dengan tenang (kurang lebih),

“Daging yang anda makan dengan lahap tadi, itu adalah daging kuda yang anda cari itu.”

Maka kagetlah sang utusan, dari situlah kabar kebaikan Hatim akan penghormatan yang luar biasa pada tamunya terdengar di seluruh pelosok negeri, termasuk sampai ke telinga Rasulullah Saw.

Hatim memang tidak sempat bertemu dengan Nabi Muhamamd saw. Namun jauh setelah Hatim wafat, salah satu puteranya, Adi bin Hatim bertemu dengan beliau (saw) dan menjadi salah satu sahabat Nabi (saw) yang sangat penting dan disegani kedudukannya. Adi bin Hatim meriwayatkan banyak hadits dan turut berperang untuk Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Adi bin Hatim juga berperang di pihak Khalifah Ali bin Abu Thalib dalam Perang Jamal dan Perang Shiffin.

Sekian.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun