Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warning: 10 Juta Lelaki Pezina di Indonesia

5 Maret 2012   11:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:28 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330947796788384356

Seorang room boy masuk ke kamar hotel tempat saya baru saja berbaring. Setelah meletakkan antaran kopi panas ‘Wellcome’ lepas senja, dia menawarkan jasa urut penghilang penat tubuh. Saya menampik dengan gurau tak biasa mengurut badan.

[caption id="attachment_164790" align="alignleft" width="400" caption="ilustrasi/google-bewegaleri.wordpress.com"][/caption]

Saya kemudian terkejut ketika si room boy tersebut terus menggoda, antara lain, dengan menyebut pengurutnya adalah seorang ibu berparas lumayan, kulit putih mulus. Tarifnya dua ratus ribu sekali urut dengan tempo satu jam. ‘’Kalau mau saya segera memanggilnya datang, diurut di kamar. Juga bisa dipake,’’ jelasnya.

Anda tahu, hotel tempat nginap tersebut berada suatu daerah di Sulawesi Selatan yang selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah religius. Dalam catatan lama, adat istiadat masyarakat di daerah itu pun pernah menghalalkan badik untuk menghakimi lelaki yang ketahuan berhubungan badan dengan wanita yang bukan isterinya.

Seminggu sebelumnya, ketika kongkow bersama rekan di sebuah kafe di Kota Makassar, seorang wanita muda tiba-tiba nimbrung ikut duduk bergabung. Dalam rangkaian percakapan perkenalan dia tak sungkan menawarkan diri ‘bisa pake’ secara short atau long time, dengan tarif di luar pembayaran kamar tempat nginap.

Sekitar sebulan sebelumnya, ketika akan melakukan penyeberangan ke Sulawesi Tenggara, di pelabuhan fery bertemu seorang perempuan setengah baya menawarkan diri ‘bisa pake’ untuk menemani selama semalam dalam perjalanan penyeberangan.

Dari percakapan, ada kesan dia sudah biasa mengejar mangsa menawarkan diri kepada lelaki di pelabuhan lintas penyeberangan tersebut. Selain mengetahui tarif kamar-kamar yang nyaman, dia menjamin aman bagi pasangan bukan suami isteri nginap di kamar-kamar kapal fery selama semalam penyeberangan. ‘’Di kapal tak ada pemeriksaan bagi pasangan yang mau nginap sekamar,’’ katanya menyakinkan.

Kisah bertemu dengan sejumlah perempuan penjaja seks di berbagai tempat tersebut, menggelitik saya untuk mengungkapkan sebagai kenyataan lapangan, setelah tadi pagi membaca Harian Kompas (5 Maret 2012, hal 13) terkait upaya pengendalian penyakit AIDS/HIV yang belum menjangkau lelaki pembeli seks. Lelaki pembeli seks dapat diartikan sebagai lelaki pezina, lantaran melakukan hubungan badan dengan perempuan yang bukan isterinya.

Selama ini upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit penyebab hilangnya kekebalan tubuh seseorang terutama yang suka gonta-ganti pasangan tersebut, lebih banyak terfokus terhadap perempuan pekerja seks. Apalagi dalam kenyataan lapangan, perempuan pekerja seks sudah bisa ditemukan di hampir semua ruang. Seperti contoh sudah dikemukan, tak hanya ada di wilayah metro tapi juga di daerah pelosok yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

Menurut catatan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), jumlah lelaki pembeli seks di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai angka 8 sampai 10 juta orang. Lelaki pembeli seks ditengarai melakukan transaksi seks selain di lokalisasi legal, juga dilakukan melalui tempat-tempat terselubung seperti di kafe, pub, karaoke, panti pijat dan hotel.

Lelaki pembeli seks merupakan penyebar potensial AIDS/HIV terutama kepada kalangan keluarganya. Lantaran menurutData Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2011, dari kelompok lelaki pembeli seks berisiko tinggi tersebut hanya sekitar 14 persen yang menggunakan kondom pengaman ketika melakukan aksinya.

Jumlah ibu rumah tangga yang menduduki rangking tertinggi, lebih 41 persen dari total pengidap AIDS tahun 2010 di Indonesia, boleh jadi banyak ditunjang dari suami-suami yang juga masih masuk kategori lelaki pembeli seks. Tahun 2011 terdapat peningkatan 4,7 persen penularan HIV terhadap bayi di Indonesia.

Laki-laki tahu manfaat menggunakan kondom, tapi mereka masih enggan menggunakan dengan berbagai alasan. Apalagi, menurutAsisten Deputi Program KPNA, Inang Winarso, sampai saat ini belum ada mekanisme sosial yang menghukum laki-laki tak bertanggung jawab dalam hubungan seksualnya.

Di Sulawesi Selatan yang hampir semua visi-misi pemerintah kabupaten/kotanya menuju kemajuan pembangunan wilayah dengan masyarakat religi beriman, kini juga sudah dilanda penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh faktor dekadensi moral tersebut.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yang dilangsir Biro Narkotika Psikotropika Zat Adiktif dan HIV/AIDS Sulawesi Selatan, saat ini setiap bulannya terjadi penambahan sampai 200 orang pengidap AIDS/HIV di Provinsi Sulawesi Selatan. Diperkirakan, secara keseluruhan sudah ada sekitar 6.000 pengidap AIDS/HIV di daerah ini.

‘’Laki-laki pembeli seks bermunculan karena ada wanita penjaja seks, demikian sebaliknya. Keduanya sama bobrok, berperan dalam penularan penyakit AIDS,’’ komentar seorang rekan setelah ikut menyimak informasi banyaknya jumlah lelaki pembeli seks di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun