Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Penyandang Cacat, Enyahkan Pengemis Kota

20 Oktober 2011   10:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:43 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebanyak 115 orang penyandang cacat tubuh dari berbagai Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, termasuk dari Provinsi Kalimantan Selatan, kini sedang menjalani bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Wirajaya, Jl. AP.Pettarani, Kota Makassar.

[caption id="attachment_136872" align="alignright" width="480" caption="Penyandang cacat tubuh dari PSBD Wirajaya Makassar ketika Widya Wisata ke Benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Bulan Desember 2011 nanti mereka sudah akan kembali ke daerah masing-masing, setelah genap dua tahun mengikuti bimbingan keterampilan atas biaya dari Ditjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial di PSBD Wirajaya Makassar.

Saat ini tersedia 8 jenis bimbingan keterampilan kerja yang dapat dipilih sesuai minat dan bakat oleh siswa penyandang cacat tubuh di PSBD  Wirajaya Makassar. Meliputi, keterampilan menjahit pakaian pria/wanita, percetakan/sablon, elektronika, automotif, fotografi, tata rias, dan keterampilan meubelair. Di samping diberi bimbingan fisik dan mental secara intensif. Mereka pun akan diberikan sejumlah peralatan keterampilan setelah dinyatakan lulus, dan dianggap mampu mandiri melakukan kegiatan kewirausahaan.

‘’Selama di panti saya mengikuti bimbingan teori dan praktik keterampilan percetakan dan sablon,’’ kata Yunike (23 th) ketika disapa saat bersama rekan-rekannya melakukan Widya Wisata ke Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Kamis siang (20/10/2011) .

[caption id="attachment_136873" align="alignleft" width="480" caption="Dengan penuh keceriaan dan percaya diri yang tinggi para penyandang cacat tubuh dari PSBD Wirajaya Makassar bersantai di pelataran taman Benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Remaja asal Kecamatan Angkaisera, Kabupaten Serui Provinsi Papua Barat yang mengalami cacat kaki kiri akibat penyakit folio mengaku, memilih belajar keterampilan percetakan dan sablon lantaran belum ada orang yang membuka usaha seperti itu di daerahnya.

‘’Selain mendapat bimbingan dan fasilitas gratis selama di Makassar, saya bersama seorang teman dari Serui, masing-masing mendapat kiriman uang saku sebanyak Rp 400.000 setiap bulan dari kantor Kementerian Sosial Provinsi Papua Barat,’’ jelasnya.

Isra (30 th), yang kedua kakinya cacat dan untuk beraktifitas sehari-hari harus menggunakan kursi roda, memilih bimbingan keterampilan elektronika. Pria asal Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara ini tampak begitu bersemangat dan percaya diri tinggi setelah mengikuti bimbingan di PSBD Wirajaya Makassar.

‘’Sekarang saya sudah bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada radio, tv, kulkas maupun hp,’’ katanya. Dalam kurikulum bimbingan keterampilan yang diberikan kepada para penyandang cacat tubuh di PSBD Wirajaya Makassar, dilakukan penekanan yang berimbang antara teori dan praktik.

[caption id="attachment_136875" align="alignright" width="300" caption="Penyandang cacat tubuh santai di pelataran Benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Semangat dan rasa percaya diri yang besar untuk menjadi wirausahawan terbaca melalui keceriaan 110 orang penyandang cacat tubuh yang mengikuti widya wisata di Benteng Fort Rotterdam, Makassar. Melalui serangkaian perbincangan, mereka umumnya seperti sudah tak sabaran untuk kembali ke daerah masing-masing menjadi wirausahawan berbekal modal keterampilan yang diperoleh selama 2 tahun di PSBD Wirajaya Makassar.

Sekitar satu jam para penyandang cacat tubuh yang datang menggunanakan 4 bus bersantai di halaman benteng peninggalan Kerajaan Gowa tersebut. Begitu relaksnya dangan kepercayaan diri yang tinggi, mereka tak risih sedikit pun berbaur dengan pengunjung lainnya yang datang silih berganti berpose di depan pintu benteng yang bertuliskan Fort Rotterdam.

Sembari mencicipi paket cake, di antaranya ada yang terlihat silih berganti menggunakan kamera seluler, berpose bersama dengan latar patung Sultan Hasanuddin berkuda di taman. Ada yang justru mencicipi penganan yang dijajakan penjual K-5 di pelataran, sambil menyaksikan Pulau Laelae yang terhampar di laut lepas sebelah barat Benteng Fort Rotterdam.

Menurut M.Dawam, S.sos, petugas pendamping dari PSBD Wirajaya Makassar, kunjungan Widya Wisata ke Benteng Fort Rotterdam setelah sebelumnya melihat dari dekat Kawasan Balla Lompoa, bekas Istana Raja Gowa di Kota Sungguminasa, ibukota Kabupaten Gowa (kl. 8 km dari pusat Kota Makassar). ‘’Karena masih sedang berlangsung pekerjaan renovasi sejumlah bangunan di dalam komplek Benteng Fort Rotterdam, maka kami memilih untuk bersantai saja di pelataran barat benteng ini,’’ katanya.

[caption id="attachment_136876" align="alignleft" width="300" caption="Pengemis di salah satu sudut jalan Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Kehadiran PSBD Wirajaya di Makassar, berawal dari ide Andi Pangerang Pettarani dan Mr.Tjiang Kok tahun 1954 untuk mendirikan perkampungan penyandang cacat khusus bagi korban Perang Dunia II dan korban keganasan Westerling di Sulawesi Selatan. Gagasan kemudian diwujudkan dengan peletakan batu pembangunan perkampungan penyandang cacat oleh Kasad Gatot Subroto tahun 1957 di lokasi yang kini terletak PSBD Wirajaya.

‘’Sejak menjadi UPT dibawa naungan Kementerian Sosial tahun 2002, ada program kewirausahaan melalui bimbingan keterampilan bagi penyandang cacat tubuh berasal dari berbagai daerah di Indonesia Timur. PSBD Wirajaya Makassar kini mempunyai kapasitas tampung maksimal 210 orang,’’ kata M.Dawam.

Pola pembinaan keterampilan terhadap penyandang cacat di PSBD Wirajaya Makassar, sebenarnya dapat dijadikan acuan oleh pihak Dinas Sosial Kota Makassar yang saat ini menyatakan kewalahan untuk mengatasi kehadiran para gelandangan dan pengemis (Gepeng), serta Anak-anak Jalanan (Anjal) yang melakukan kegiatan meminta-minta di ruang-ruang publik.

Apalagi Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Kota Makassar yang melarang plus menyediakan sanksi denda dan pidana bagi yang melakukan kegiatan meminta-minta maupun terhadap mereka yang memberi kepada pengemis di tempat-tempat umum, tampaknya tidak mempan. Padahal Perda tersebut telah disosialisasikan melibatkan banyak pihak dengan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit sejak tahun lalu.

[caption id="attachment_136878" align="alignright" width="300" caption="Isra dari Wundulako, Kolaka, sangat percaya diri untuk jadi wirausahawan/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Selain peminta-minta berbadan segar yang memoles diri dengan berpakaian compang-camping semakin ramai terlihat beroperasi di pusat-pusat keramaian atau kegiatan publik. Justru belakangan, setelah disahkan Perda melarang kegiatan mengemis di ruang publik, ada semacam pihak yang memobilisir kehadiran peminta-minta setiap hari di sejumlah tepian jalan di Kota Makassar. Seperti yang terlihat di Jl. Durian dan sekitarnya

Tak ada salahnya untuk juga belajar dari pola-pola pembinaan penyandang cacat tubuh di PSBD Wirajaya Makassar, untuk secara manusiawi mengenyahkan para Gepeng dan Anjal yang mengemis di ruang-ruang publik perkotaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun