Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fort Rotterdam 5/5, Menengok Kanal Buatan dari Dinding Terbuka

28 Januari 2016   21:34 Diperbarui: 4 Februari 2016   21:52 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Inilah bagian selatan benteng Fort Rotterdam yang tidak berdinding dilihat dari taman RTH Jl WR Supratman/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Berdasarkan catatan lama, areal benteng Fort Rotterdam seluas 3 hektar merupakan wilayah tertutup dikelilingi susunan batu-batuan alam setinggi 4 hingga 6 meter sebagai dinding penghalang. Hanya terdapat pintu gerbang utama dibuat di tengah bentangan dinding benteng arah timur, dan sebuah pintu di tengah bentangan dinding benteng arah barat. 

Herannya, hingga kini para sejarahwan maupun arkelog belum pernah menyoal terhadap bagian selatan benteng yang telah cukup lama terlihat terbuka tanpa dinding. Pun belum pernah ada penjelasan dari para pihak, sejak kapan, serta apa penyebab kehancuran dinding sepanjang sekitar 150 meter dari arah bastion Bacan hingga bastion Amboina.

Pastinya, seiring dengan revitalisasi benteng Somba Opu tahun 2012, juga telah digelontorkan dana lebih Rp 20 miliar melalui kementerian PU untuk membuat taman RTH disertai pembuatan kanal menempel di lokasi benteng arah selatan. Kanal sepanjang sekitar 300-an meter tembus ke arah laut, antara lain, dibuat juga untuk menghidupkan kembali suasana zonasi benteng yang dahulu dikelilingi semacam kanal dari arah laut Selat Makassar.

[caption caption="Kanal Fort Rotterdam ditumbuhi gulma dan jorok bersampah/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

[caption caption="Bagian dari taman arah selatan benteng Fort Rotterdam yang jorok tidak terawat/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Kehadiran kanal tempo dulu dapat menjadi semacam bagian dari strategi menghambat lawan agar tidak mudah merapat ke dinding benteng. Sebuah jembatan khusus dibuat melintasi kanal untuk masuk keluar gerbang utama yang terletak di dinding timur benteng. Terdapat alur kanal menjadi akses armada laut dapat bergerak masuk dari arah laut ke pintu belakang di tengah bentangan dinding benteng sebelah barat.

Seiring dengan perjalanan waktu kanal-kanal tersebut semua telah tertimbun, dan sebagian kini menjadi lokasi pemukiman dan perkantoran yang menutup view memandang benteng Fort Rotterdam dari arah utara Jl Karaeng Riburane, dan dari arah selatan Jl Slamet Riyadi. Sejumlah hotel dan bangunan tinggi di atas 10 lantai telah tumbuh mengelilingi wilayah yang dahulu juga merupakan zoning benteng Fort Rotterdam.

Sayangnya, kanal buatan bernama Kanal Fort Rotterdam yang baru dihadirkan dengan gaya millenium tersebut sepertinya kurang terurus. Kebersihannya tak terpelihara, digenangi banyak sampah. Gulma liar tumbuh sepanjang tepian hingga mengapung ke permukaan kanal, menghadirkan kesan jelek sekitar lokasi obyek wisata sejarah purbakala Fort Rotterdam yang telah tersohor hingga ke mancanegara.

[caption caption="Tampak areal depan Gedung N benteng Fort Rotterdam dijadikan tempat parkiran mobil dan sepeda motor/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

[caption caption="Kondisi batu-batu alam penyanggah bastion Bacan yang kumuh dan berantakan di arah selatan benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun