Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fort Rotterdam 4/5# Sensasi 4 Terowongan, 5 Bastion, 6 Sumur Tua

28 Januari 2016   09:02 Diperbarui: 28 Januari 2016   09:42 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Di bangunan N bastion Bacan benteng Fort Rotterdam ini Pangeran Diponegoro pernah ditawan/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]Memasuki obyek wisata sejarah dan purbakala seringkali pengunjung tertarik dapat melihat langsung kondisi atau benda-benda sejarah dan purba yang masih berada di lokasi. Fort Rotterdam masih punya banyak peninggalan utuh seperti dicatat sejarah pada masanya. Kecuali hal angker dan mistis yang sering ditakutkan pengunjung jika berada di situs-situs tua tak akan dijumpai di lokasi benteng peninggalan masa kerajaan Gowa ini.

Sejumlah ruang sekitar bastion Amboina yang disebut-sebut pernah dijadikan penjara dan tempat penyiksaan para tawanan di masa kolonial, justeru sudah lama dijadikan bagian dari ruang kerja pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Gedung bastion Bacan yang dilabeli sebagai bekas ruang tahanan Pangeran Diponegoro dan keluarganya di Fort Rotterdam tahun 1834 hingga 1855, justru telah dipugar dengan ruang-ruang cerah.

[caption caption="Inilah 4 terowongan yang masih dapat dijumpai di benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

[caption caption="Salah satu mulut terowongan di bangunan L benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]Bangunan rumah kecil berbentuk teduhan makam di gundukan lokasi bastion Buton, areal sekitarnya hampir setiap hari ramai dijadikan sebagai lokasi pelatihan seni dan kursus percakapan bahasa asing oleh komunitas-komunitas remaja.

Tidak ada tempat yang angker di komplek Fort Rotterdam. Begitu penegasan banyak aparat Balai Pelestarian Cagar Budaya yang setiap hari berkantor menggunakan banyak gedung buatan masa kolonial di Fort Rotterdam. Guna meyakinkan, ada yang menunjuk beberapa ruang di lantai atas bangunan bastion Mandarsyah sudah cukup lama dijadikan sebagai mess, penghuninya tidak pernah ada yang kesurupan dan semacamnya. Kondisi aman seperti itu juga diungkap, dirasakan bagi mereka yang sering nginap di sejumlah ruang di gedung sisi kiri depan bastion Buton.

Justru sebuah tiang bendera besi peninggalan masa lalu di atas gundukan areal bastion Bone, terlalu sering dikunjungi warga dari berbagai kabupaten di Sulsel sebagai tempat lokasi bernazar.

"Doa dan permintaan yang baik sering cepat terkabulkan jika diucapkan di sekitar tiang bendera ini,’’ jelas seseorang dari rombongan penazar saat ditemui beberapa waktu lalu di gundukan bastion Bone.

Nama-nama bastion yang telah disebutkan, merupakan bagian dari pengubahan dilakukan pihak kolonial setelah menguasai benteng buatan leluhur bangsa Indonesia tersebut. Terdapat 5 bastion dibuat guna memperkuat posisi dan konstruksi benteng sebagai markas komando sekaligus pusat pertahanan.

[caption caption="Dari atas, masing-masing, bastion Buton, bastion Bone, bastion Amboina, dan bastion Mandarsyah/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]Bastion dikokohkan dengan pembuatan gundukan susunan batu alam serta timbunan tanah sejajar tembok benteng di 4 sudut berbentuk lancip. Model pembuatan saluran pembuangan air tempo dulu yang terukur, terlihat sebagai penjamin areal bastion-bastion setinggi 6 meter selama lebih 3 abad hingga kini masih awet, tidak pernah terendam atau digenangi air saat musim hujan.

Terdapat 3 bastion di dinding bagian barat benteng Fort Rotterdam. Bastion Buton di sudut kanan (utara), Bastion Bone di tengah dan bastion Bacan di sudut kiri (selatan). Di dinding bagian timur terdapat bastion Mandarsyah di sudut sebelah kiri (utara) dan bastion Amboina di sudut kanan (selatan). Penamaan bastion oleh pihak kolonial, menggunakan nama wilayah kerajaan yang berhasil ditaklukkan atau dibujuk kerjasama. Bagian dari taktik kolonial untuk memecah belah kekuatan serta persatuan antarkerajaan di nusantara, kala itu.

[caption caption="Pengunjung menyusur dinding benteng Fort Rotterdam/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun