Mohon tunggu...
Mahadir Mohammed
Mahadir Mohammed Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mahadir Mohammed; seorang penggiat literasi (kembul.id) di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Menjadi Anak Indie Tidak Harus Suka Kopi. Kecap Atau Wedang Jahe Juga Enggak Apa-apa Kok!

28 November 2020   20:45 Diperbarui: 29 November 2020   00:47 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi minum kopi (Kompas.com)

"Lho lihat tu anak indie, kalau bikin puisi selaku kopa-kopi kopa-kopi mulu gitu, kek enggak pernah minum yang lain aja."

Salah satu pernyataan yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal sendiri, karena kebetulan saya sedang nonton salah satu komika kondang yang sedang menyenyeh tentang kelakuan anak-anak indie.

Menurut saya argumen sarkastis tersebut bukan sekedar guyonan doang, tapi memiliki makna yang mendalam, tentang kebiasaan-kebiasan para anak-anak indie yang akhir-akhir ini cukup viral di dunia maya, memalui berbagai konten, terutama melalui puisi-puisi yang selalu berkaitan dengan kopi disetiap diksi-diksi yang disaji. Kalau lho enggak percaya baca aja tuh puisi-puisi karya Bambang Fiersa Bertsari, Ekohm Abiyasa, Igant Erisza Maudyna dan yang lainnya. Banyak beut dah.


***

Jika kita merujuk pada pemahaman awal, bahwa indie adalah singkatan dari kata independent, yaitu sifat-sifat yang 'mandiri', 'bebas', 'merdeka'.

Jadi anak-anak indie ini terkenal dengan kebebasan dalam mereka berekspresi, baik itu dalam lagu-lagu maupun dalam berpuisi atau karya-karya lainnya. Dulu pada era 90-an lebih terkenal dengan musik-musik indie. Saat itu, muncul band-band legendaris seperti Mocca, Pas Band, Pure Saturday, NAIF, Goodnight Electric, dan masih banyak lagi.

Nah, anak-anak indie pada saat ini memang identik dengan senja dan kopi sih, tapi jangan salah lho ya! Menjadi anak indie tak harus selalu dengan itu kok, minum apapun tak membatalkan anggapan bahwa kalian tetap anak indie. Eh, kebetulan tulisan ini saya tulis sekalian untuk menjawab kegelisahan Bung Erwin, beliau salah seorang penulis juga, yang mempertanyakan soal anak indie.

Kembali kepemahaman awal tadi, bahwa indie menunjukkan kebebasan berekspresi dalam berkarya dan tentunya ditunjukkan dalam kebiasaan-kebiasan di dunia nyata.

Kan ribet juga tuh, kalau Anda tak suka kopi, ataupun akan timbul penyakit jika minum kopi. Sakit lambung minsalnya. Tapi karena terlalu terobsesi dengan dunia indie, membuat Anda harus minum kopi. Oh no! Jangan lakukan itu, justru kalian tidak bebas bersikap karena seolah-olah hanya kopi yang ada di dalam dunia anak-anak indie.

Dan jika kalian pengen bikin puisi tak harus selalu kek gini, "Pagi ini kopiku tercipta, dari pahitnya masa lalu dan manisnya dirimu kini." Preet!

Dari kemarin rasa saya tema-tema puisi anak-anak indie gitu-gitu mulu. Padahalkan bisa aja diksi-diksi itu digantikan dengan susu, kecap, teh, wedang jahe atau apalah. Biar anggapan orang tak melulu tentang kopi gitu lho.

Minsal, "Dari kecap kutemukan sejatinya kata mencintai, bahwa rasa ini kurawat seperti anak sendiri." (Haha, yaa gitu dah, aku enggak terlalu jago bikin puisi), atau "Kehangatan wedang jahe, tak bisa menggantikan hangatnya pelukan tubuhmu yang membuatku seolah-olah menjadi....(Silahkan diisi sendiri kalimat kebucinan yang kalian rasakan)." Dan kalimat-kalimat imajinatif lainnya tentang susu atau nutri sari, mana tahu sekalian bisa ditawari untuk jadi iklan ya kan? (Hahaha).

***

Stereotiptentang anak-anak indie memang beragam, tapi tidak ada aturan yang final atau permanen terkait dunia indie.

Bagi saya pribadi, sesuatu aktivitas apapun jika sudah dilandasi dengan 'mandiri', 'bebas', 'merdeka'. Itu sudah cukup melabelkan ke-indie-an kalian dalam melakukan apapun. Terutama dalam menghasilkan karya.

Tidak ada batasan untuk menghasilkan suatu karya atau berekspresi, tidak ada batasan dalam mengimplementasikan ide-ide pada sebuah karya. Itu indie.

Memang ada anggapan anak-anak indie hanya menikmati kopi dan senja dalam sebuah kesantaian atau tongkrongan. Tapi, dalam tongkrongan Anda juga bebas minum apapun, secara merdeka tanpa takut batas-batasan atau anggapan orang lain.

Namun, kebebasan itu haruslah merujuk pada sebuah karya ya, jangan tongkrongan-tongkrongan tanpa faedah, dan minum-minuman yang justru malah merusak. Nanti bukan dunia indie saja yang hilang, kalianpun ikut lenyap.Wkwkwk.

Setiap fenomena apapun bisa dijadikan analogi atau majas dalam karya. Tidak hanya tentang kopi doang, masih banyak hal-hal lain yang menarik untuk dijadikan karya, seperti yang telah saya paparkan diatas tadi.

Saya ingin menutup celotehan ini dengan sebuah puisi. Sebagai ekspresi ke-indie-an saya. Wkwk.

Akan ku ceritakan tentang satu hikayat
Tentang seorang manusia yang terlalu jujur seperti kecap
Meski hitam pekat padanya melekat
Justru karena itulah rupanya mudah ku ingat

Tabik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun