Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan KuasaMu Aku Antarkan Masa Depan Anakku

18 Juli 2016   11:30 Diperbarui: 18 Juli 2016   18:14 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapapun tahu kalau diriku bukanlah  orang tua  layaknya seperti para tetangga  pada umumnya di lingkunganku tinggal.Semenjak  aku ditinggal oleh suami ,baru aku menyadari jika menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua  anak-anakku ternyata  berat jika dirasakan.Namun jika hanya deraian air mata dan tangisan ini menjadi modal untuk menyelesaikan  kewajibanku membesarkan kedua anak- anakku tentu tidaklah  akan bisa mengatasi semua persoalanku ini.

Beruntung aku masih memiliki Engkau Yang  Maha Kasih,sehingga aku merasa selalu diberi keteguhan hati ,membangkitkan semangatku untuk menunaikan amanatMu membesarkan buah hati yang juga berarti titipanMu juga. Mungkin karena sprit inilah yang memotivasi diriku sehingga  aku tidak merasa kesepian walau dalam kesendirian,tidak merasa sedih dalam segala kesulitan namun justru sebaliknya aku tetap bahagia meskipun dalam penderitaan dan serba kekurangan ini. Aku bersyukur,kedua buah hatiku meskipun ditinggal ayahnya kini justru  tetap terlihat bahagia  seperti dewasa sebelum waktunya.

KebesaranMu sungguh aku merasakan saat ini,disaat saat aku harus berbagi kasih  antara  satu anakku yang pertama si Fahmi  yang kini menjadi siswa kelas satu SD  dan si Lilis  adiknya yang  harus mulai masuk TK  mestinya aku tidak sepusing ini mengalami cobaan berat ini jika  masih ada suami disisiku karena akan bisa berbagi tugas dan beban tanggungjawab ini akan menjadi lebih  ringan. Namun berkat kebesaranMu aku ditunjukkan kebaikan seorang adikku yang  jauh dari tempat tinggalku bersedia menggantikan peran suamiku untuk mengantarkan si Fahmi ke sekolah SD  di hari pertama ke sekolah.

Pengalamanku menjadi single parent semoga tidak akan dialami oleh adik perempuanku ini karena meskipun  himbauan yang dicanangkan pemerintah berupa Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga ini menjadi wajib dilakukan  oleh orang tua murid namun apa daya kami dengan terpaksa tidak bisa melakukannya karena kondisi kami yang berbeda dengan orang tua pada umumnya yang masih lengkap memiliki pasangan suami istri sehingga bisa berbagi tugas. Sedangkan yang saya lakukan adalah berbeda ,karena  si Fahmi yang murid SD yang harusnya diantar oleh  ayahnya namun digantikan oleh adikku,karena  aku harus mengantar si Lilis yang juga menjadi hari pertama sekolah yang harus diantar oleh orang tuanya dan bahkan akan selalu diantar selama masih bersekolah TK.

Meskipun saya bukan dari keluarga berada seperti tetangga  sekitarnya. Namun sangat bersyukur memiliki anak yang lumrah tidak neko neko. Sehingga mempunyai kedewasaan yang tinggi,kemandirian yang cukup membanggakan.Seperti si Fahmi anak bungsu saya setiap hari sudah bisa melakukan tugas memelihara ikan di belakang rumah tinggalan milik almarhum bapaknya dulu.Hampir semua pekerjaan memelihara ikan di kolam yang biasa dilakukan suamiku sebelum berangkat ngojek dan sepulang ngojek bisa digantikan olehnya,meskipun saya sendiri tidak begitu merestui ia melakukan pekerjaan itu karena terkesan memberatkan. Misalnya  saat harus mengambil daun keladi di beberapa ladang sekitar dan menggotongnya sampai berpuluh puluh kali hanya untuk memberi pakan ikan gurame yang menjadi sandaran hidup kami sekeluarga.Jika kita bandingkan dengan kehidupan  anak seumurnya  ditempat lain tentu sangat kontras.Kemampuan memanggul gulungan daun keladi yang cukup berat dan sulit  bagi anak seusia kelas satu SD sangat tidak mungkin bisa dilakukan oleh anak lain seusianya.

Pantasnya  seusia Fahmi masih bermain sepakbola bersama kawan kawannya lingkungannya selepas itu atau  paling hanya bermain kelereng di halaman tetangga.Apa lagi jika dibandingkan dengan keluarga lain di kota tentu sangat lebih kontras karena anak seusia  Fahmi justru masih diasuh manja oleh para orang tuanya atau oleh pembantunya,sehingga pekerjaannya hanya bermain game,nonton tv dan bersenang senang bersama kawan seusianya tanpa dibenani tugas yang berat ini.  

Hari itu tanggal 17 juli 2016,dengan KuasaMu  Aku Antarkan,Masa Depan Anakku, si Lilis anak kedua aku antarkan dengan hati penuh was was karena tabunganku  berupa  ikan di Kolam belakang  rumah belum bisa dipanen karena belum cukup umur.Sementara uang yang kupegang untuk keperluar kebutuhan sehari hari sudah aku bawa semua setelah dibagi dua untuk keperluan sekolah si Fahmi yang kini harus sekolah SD. Sehingga jika digunakan semua untuk membayar  biaya sekolah kedua anak-anakku tentu belum cukup bahkan kami tidak bisa memberi  kebutuhan makan sehari hari.Inilah yang menjadi persoalan baru bagi kehidupan keluargaku.

Pagi itu,aku hanya bisa menghela napas panjang ,Duh Gusti paringana jalan,kedua mataku terasa tertutup kabut tebal sehingga menyulitkan aku memandang jalan dihadapanku yang terbentang ini.Namun aku tiba tiba merasa seperti dibukakan  kembali kabut yang tadi menutup mata pandanganku berkat colekan tangan si Lilis anak kedua anakku yang sedang  ku tuntun  bernyanyi gembira,melagukan lagu sekenanya tanpa arti,karena hanya ungkapan kegembiraanya bahagia betapa senangnya  ia akan disekolahkan TK di hari pertama ke sekolah ini yang aku antarkan.Akupun ikut merasa terhibur,apalagi dengan baju sisa lebaran yang dipakainya masih cukup membahagiakan hatinya.Meskipun,sebetulnya  sepatu yang dikenakan masih belum  sesuai karena hanya berupa sepatu sandal lungsuran kakaknya dulu tentu akan  menjadi bahan olok olok kawannya di sekolah nanti karena ukurannya yang sedikit kebesaran.

Dengan percaya diri  aku menutupi segala kekuranganku di sekolah TK tempat anakku di daftarkan.Hari itu aku mencoba melakoni sebagai orang tua wali murid laksana orang normal lainnya.Aku duduk dan berdampngan dengan wali murid lainnya sambil meyapa sebisanya dan menanyakan kesana kemari tentang perasaannya  menjadi walimurid  yang pertama kali karena dulu si fahmi justru tidak bersekolah TK  karena langsung masuk SD. Sehingga  pengalaman menjadi wali murid TK  inilah pertama dalam hidupku.

Namun dari beberapa hasil tanya jawab ke berbagai sumber informasi,aku sudah tidak lagi merasakan keluhan yang sebelumnya dirasakan berat untuk melakukan  tugas mulia mendidik dan membesarkan kedua anakku ini.

Dari hasil,berteman kilat  sesama orang tua murid saya telah menpatkan banyak oleh oleh yang sangat berguna ,bukan saja sekedar,mendidik anak namun juga merintis masa depan yang baru untuk membuka lembaran baru sebagai orang tua murid yang didambakan anak – anaknya.Manfaatnya antara lain, saya telah mengenal lingkungan sekolah dimana anakku akan dididik kelak.Aku juga menjadi kenal lingkungan  kawan teman bergaul anakku,dengan mengenal kebiasaannya lewat cerita pengalaman  para orang tuanya di rumah.Selain itu yang juga sangat menyenangkan ialah dapat bertemu langsung dengan para staf  pengajarnya yang akan mendidiknya di sekolah sehingga menjadi saling terbuka dan mempermudah pemecahan persoalan sulit yang kelak dialami oleh  anakku sebagai siswanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun