Mohon tunggu...
Maftu KhatulLaila
Maftu KhatulLaila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Belajarlah sebelum menjadi pemimpin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

LGBT, Menolak atau Menerima sebagai Perbedaan?

1 Mei 2019   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2019   20:01 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini kita di gemparkan dengan rilisnya film tentang LGBT. Sebelum jauh kita membicarakan pro dan kontra film ini, apakah anda sudah mengetahui apa itu LGBT ? ya, LGBT adalah Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender. Tentunya anda semua sudah mengetahui apa arti dari istilah tersebut. 

Lesbian adalah perempuan yang menyukai perempuan, Gay adalah lelaki yang menyukai lelaki, Biseksual biasanya seseorang ini mempunyai kelainan yang menyukai laki-laki juga perempuan dan Transgader adalah seseorang yang merubah alat kelaminnya yang tidak sesuai dengan kodrat yang di tentukan saat lahir kedunia ini.

Di Indonesia sendiri LGBT masih menjadi perdebatan antara pro dan kontra. Kaum pro menganggap sah saja karena mereka manusia yang berhak untuk memilih jalan hidup mereka dan kaum kontra menolak karena itu tidak sesuai dengan adat budaya yang ada di Indonesia melanggar norma dan aturan agama. Karena semua yang di berikan Tuhan kepada hambanya adalah anugerah yang paling indah dan tidak sepantasnya manusia merubahnya begitu saja dengan alasan apapun.

Kali ini saya akan membahas tentang pro dan kontra film "Kucumbu Tubuh Indahku". Dalam salah satu wawancara stasiun televisi yang mendatangkan dua narasumber dari wakil ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga Majlis Ulama Indonesia Ibu Arofah Widiani dan salah satu Sosiolog yaitu Bapak Sigit Rohadi. 

Singkatnya wawancara tersebut bapak Sigit Rohadi menyatakan bahwa seorang anak tidak akan bisa terpengaruh begitu saja dengan tontonan film atau bacaan yang mereka lihat dan baca. 

Menurut ibu Arofah sendiri menyebutkan bahwa seharusnya "Tontonan dadi Tuntunan" namun sekarang malah terbalik yaitu, "Tuntunan dadi Tontonan" karena seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi maka tidak cukup hanya dengan apa yang dia lihat tapi, pasti dia mencari tau yang lebih dari itu. Karena film ini sudah tayang maka, tidak ada lagi batasan untuk menonton dan batasan jam tayangnya.

Menurut saya, sebenarnya saya kurang setuju dengan adanya film tersebut, dari judulnya saja saya sudah agak risi dengan kata yang digunakan sepertinya tabu dan penafsiran kata ini menjadi negatif. Menurut saya film ini bisa mempengaruhi perilaku dan pemikiran seorang anak. Karena usia anak masih belum bisa mengontrol mana yang baik dan mana yang kurang baik. Saya takutkan setelah menonton film ini anak-anak menjadi terinspirasi dan ingin mencoba apa yang ada di dalam film itu. 

Untuk anak yang berada di usia sedang mencari jati diri juga saya takutkan akan mencontoh dari apa yang ada di dalam film tersebut. Rasa ingin tau dari anak-anak ini sebenarnya yang saya takutkan, awalnya mereka hanya ingin mengetahui apa isi dari film tersebut lalu mereka hanya ingin coba-coba saja dari apa yang mereka lihat dan yang paling saya takutkan nanti malah mereka "keterusan" dan menjadi budaya dan gaya hidup mereka.

Namun, sebenarnya dengan adanya film ini malah seharusnya bisa membuat orang yang lebih tua mengontrol handpone, tontonan dan bacaan adiknya atau anaknya. 

Dengan adanya film ini peran orang tua harus lebih waspada dan memperhatikan perilaku anaknya, memberikan pendidikan seks yang tepat menjelaskan budaya, norma sosial dan norma agama yang ada di sekitar, lebih mengajarkan anak untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Mungkin sebenarnya film ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi anak-anak. Namunm, tergantung dari orang tua memberikan arahan dan penjelasan bagaimana ke anak-anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun