Mohon tunggu...
Maydearly89
Maydearly89 Mohon Tunggu... Guru - Literasi Negeri

Saya adalah seorang pegiat literasi, blogger, penulis buku, editor buku, trainer, dan guru di SMP Negeri 1 Lebakgedong.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengalun dalam Arus Keabadian

4 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 4 Juli 2021   08:03 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar teriakan itu, Bu Sumi berlari keras menuju dapur. Bu Sumi kaget melihat air di dapur yang tampak sedada. Bu Sumi berusaha keras menarik tangan menantunya yang terseret arus. Rizki menghampiri berteriak dan menangis melihat pemandangan itu.

Rizki kemudian berusaha menyelamatkan ibunya yang hendak terbawa arus. Ia berusaha ikut menarik tangan ibunya yang bertarung dengan gelombang air. Karena tubuhnya yang masih mungil, ia terbawa arus menuju pelukan ibunya. Kemudian bu Inah melemparkan Rizki pada bu Sumi mertuanya. Bu Sumi menarik tangan keduanya. Namun gelombang air semakin deras dan kencang. Akhirnya mereka bertiga hanyut terbawa arus.

Tubuh Bu Inah terpental sejauh dua meter dan tertangkap oleh akar pohon. Betapa pohon itu mulia menyelamatkan nyawa manusia. Namun bu Sumi dan Rizki mengalun begitu jauh mengikuti arus yang amat deras. Semua warga panik, ada yang pingsan ada yang menjerit ada yang berlari dalam hujan menyelamatkan bu Inah.

Warga dengan sigap memberikan pertolongan. Setelah 1 jam terperangkap dalam akar pohon Bu Inah dapat di selamatkan warga. Mendengar kabar itu, suaminya berlari menuju rumah dan melihat keadaan begitu kacau. Ia berteriak histeris melihat istrinya yang biru lebam dalam dingin. Ia gemetar mendengar anaknya hanyut. Tubuhnya lunglai. Seketika suasana di kampung itu sangat gaduh dengan tangisan. Ada yang menangisi Bu Inah ada yang menangisi rumahnya yang porak poranda.

Tiga puluh menit berlalu, Bu inah membuka mata dari pingsannya. Kemudian ia berteriak histeris.

"Rizkiiiiiii, mana anakuuuuuu?, gak boleh, gak boleh pergi Rizkiiiiii" teriaknya penuh tangis. Seketika tangis suami dan warga yang menyaksikan ikut pecah.

"Cari anaku, aku ingin mati tanpa anaku. Emaaaaakk dimana Emaaaak??" teriaknya semakin menggila. Banyak warga yang memeluk menenangkannya.

Bu Inah kemudian kembali tak sabarkan diri. Betapa tidak, si mungil yang tadi pagi berceloteh, tiba-tiba hanyut dalam genggaman tangannya. Ia mengalun terlampau jauh dan lupa cara untuk kembali. Tubuh mungilnya terbawa arus bersenggolan dengan batu-batu besar, dengan lumpur dan pasir. Sang air bah seperti tak rela melepas tubuh mungil yang amat soleh. Ia seperti lekat menggenggamnya.

Satu hari berselang seluruh korban di evakuasi. Bu Inah masih belum siap menerima kenyataan. Ia meringis, ia menjerit, ia seakan gila.

"Kembalikan anaku ya Allah, kembalikan juga ibuku" teriaknya dalam tangis yang kencang. Kakanya Riska pulang menuju kampung ia mendengar seluruh warga di evakuasi, ia terkejut mendengar adik dan neneknya terbawa arus air bah. Ia lunglai dan pingsan.

Dua hari dari kejadian, tepatnya 3 Januari 2020, tim BPBD menemukan bu Sumi di sungai Ciujung. Sebuah sungai yang ada di kabupaten. Bu Sumi terpental arus sejauh 50 Km. Kondisi yang mengenaskan tanpa busana, serta badan yang menggelembung membuat keluarga Bu Inah semakin sesak. Lebih sesak lagi si kecil Rizky masih belum di temukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun