Mohon tunggu...
Maydearly89
Maydearly89 Mohon Tunggu... Guru - Literasi Negeri

Saya adalah seorang pegiat literasi, blogger, penulis buku, editor buku, trainer, dan guru di SMP Negeri 1 Lebakgedong.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengalun dalam Arus Keabadian

4 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 4 Juli 2021   08:03 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mah, bangun! udah subuh. Mamah ko tidur di sejadah sih?" ujarnya.

"Astagfirullah, mamah ketiduran". sambungnya.

"Ayo kita solat mah" ajaknya, si kecil yang soleh.

Suasana itu tampak menawan, sebuah kebahagiaan bertahta dalam keluarga kecil yang bahagia. Jam di dinding semakin berangkat naik, tetapi hujan masih betah membasahi bumi. Ayah Rizki berpamitan untuk membantu saudaranya yang hendak hajatan. Setelah selesai membenahi rumah, Bu Inah dan Rizki bermain di teras rumah sembari ngopi hangat dengan tetangga samping rumah.

"Inah, kenapa si neng Riska gak pulang?" tanya Bu Sumi mertuanya Bu Inah, yang tiba-tiba mendatangi rumah menantunya dengan memegang payung"

"Si Neng mah ada acara sama temenya Mak. Tahun baruan di kota. Besok baru bisa pulang katanya"

"Mah, biasanya kita jalan-jalan ya kalau tahun baru. Sekarang mah hujan" celoteh Rizky menengahi percakapan itu.

"Iya dede, kalau sudah musim panas nanti kita liburan" jawab Bu Inah.

Suasana dingin seakan hangat dalam suasana pagi itu. Bi Inah dan tetangganya bergurau sambil menceritakan pengalaman pada tahun baru sebelumnya. Tiba-tiba suasana hangat itu berubah menjadi keheningan. Bu Inah, Bu Sumi dan tetangganya mendengar suara gemuruh air yang begitu kencang. Mereka panik dan berlari menuju rumah.

Di dalam rumah, gemuruh air terdengar amat keras setelah ia menengok dapurnya, ternyata dinding dapurnya jebol di hantam air bah yang bersumber dari solokan dekat dapurnya. Tak di sangka solokan yang begitu kecil menghadirkan air bah yang begitu besar. Bu Inah panik dan berteriak.

" Maaaaak, toloooong banjiiir" teriaknya keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun