Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gautama

28 Juni 2021   11:18 Diperbarui: 28 Juni 2021   11:22 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sungguh sang raja tak menginginkan putera mahkotanya harus menjalani takdirnya sebagai orang bijak yang hebat. Ia ingin penerus wangsanya tetaplah sebagai raja. Maharaja yang tak hanya berkuasa, tapi maharaja yang hebat.

Raja tak berkenan dengan ramalan sang pertapa. Sang yogi. Yang meramalkan bahwa, puteranya kelak akan menjadi 'antara' seorang maharaja yang hebat atau seorang bijak yang hebat.

Menjadi seorang bijak, meskipun hebat bisa dicapai oleh siapapun. Bisa dijalani siapa saja. Termasuk seorang raja. Tetapi menjadi seorang raja, apalagi raja yang hebat, tak sembarang orang bisa memperolehnya. Raja hanya milik golongan tertentu. Kasta terpilih. Berdarah biru.

Kenapa harus ada antara? Kenapa tidak salah satu saja? Atau keduanya sekaligus. Menjadi maharaja yang hebat dan bijak. Titik! Kalau harus menjadi seorang bijak yang hebat semata, berarti puteranya bakal menempuh laku seorang pertapa. Seorang yogi. Menanggalkan kedudukannya sebagai raja. Penerus dinasti dan leluhurnya.

Raja yang gundah, khawatir, lalu menjaga dan mengikat anaknya dari kemungkinan 'antara' yang begitu mengganggunya. Yang tak diinginkannya. Pengikatan itu dilakukan dengan segala pemberian kesenangan dan kemewahan yang tiada tara. Makanan terbaik. Pakaian terbaik. Tunggangan terbaik.

Siddharta Gautama. Sang pangeran itu benar-benar 'dijaga ketat' dengan segala kesenangan duniawi agar terhindar dari kutuk 'antara' dua takdir.

Belum genap usia 20 tahun, Pangeran Gautama dinikahkan dengan perempuan tercantik seantero negeri. Ditempatkanlah mereka di istana 'terpencil' yang jauh dari dunia masyarakat sekitar. Tetap dengan pemenuhan segala kemewahan. Agar sang pangeran benar-benar menjadi seorang raja sesuai keinginannya. Sebagai penerusnya. Tidak tergoda untuk menjalani laku spiritual. Sebagai pertapa, dan menjadi orang bijak yang hebat. 

                                                                                         ***

Pangeran Gautama yang mulai gempal, subur, karena sangat dimanjakan itu suatu hari ingin jalan-jalan. Melihat-lihat 'kota'. Ia merasa jenuh dengan segala rutinitas istana yang penuh hura-hura.  Yang sebatas makan-minum, pesta, dan (ter)tidur.

Kereta terbaik pun dipersiapkan. Lengkap dengan pengawalan. Dan mulai bergerak melewati batas istana 'terpencilnya'. Melintasi lebatnya hutan. Menyusuri jernihnya sungai-sungai. Hingga hiruk-pikuknya jalanan, pasar, serta debu yang memerihkan mata. Memberinya pengalaman yang berbeda. Sekaligus pandangan baru dalam hidupnya!

Pandangan yang belum pernah ditemuinya selama ini. Matanya mulai melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun