Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Herd Stupidity dan Kesadaran dalam Psikologi

24 Juni 2021   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2021   14:22 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang menarik dengan kebutuhan akan rasa aman ini. Disebutkan  bahwa kita butuh rasa aman secara fisik, yaitu: ketergantungan pada stabilitas dari tindak kriminalitas, teror, perang, kerusuhan, hingga bencana (alam). Nah, bukankah pandemi ini juga bencana? Sementara rasa aman secara psikis adalah yang mengancam kondisi kejiwaan. Entah itu perudungan ataupun pembunuhan karakter.          

Menurut Maslow, mereka yang merasa tidak aman biasanya akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar!

Psikologi Maslow ini kerap disebut juga sebagai psikologi pertumbuhan (growth psychology) yang mengajarkan kita untuk menjadi diri sendiri. Be yourself. Sebagai bentuk aktualisasi diri.

Be yourself ini tentu saja berbeda konteks dengan  Up yourself yang kerap diumbar tanpa risih. Demi mengejar popularitas dan elektabilitas semata.

4. Psikologi transpersonal, aliran ini mencari jawaban pada kesadaran spiritual. Membangkitkan kesadaran jiwa lewat kontemplasi, tafakur, meditasi, serta senantiasa membaca buku-buku, literatur, yang bisa memberi inspiring. Pencerahan. Sebagai sarana atau cara untuk memperoleh kebahagiaan serta mengatasi setiap permasalahan. Karena yang membuat kita bahagia maupun menderita adalah terletak pada makna yang kita berikan.

Manusia bisa tahan hidup tanpa memiliki segala kemewahan, tetapi manusia tidak bisa tahan hidup tanpa bisa memberi makna.

Mazhab ini sebenarnya kelanjutan dari aliran humanistik, karena para tokohnya (Abraham Maslow, Victor Frankl, Stanislav Grof) ikut membidani kelahiran The Journal of Transpersonal Psychology yang digagas Anthony Sutich di tahun 1969. Dari sinilah akhirnya berkembang apa yang dikenal sebagai kecerdasan spiritual (spiritual qoutien). 

Ketidakpercayaan

Dari pembahasan di atas, kita bisa menarik benang merah dengan kondisi 'sakit'-nya bangsa ini. Lahirnya Orde Reformasi tentunya memunculkan utopia di sebagian masyarakat akan hadirnya era keadilan, kesejahteraan, bahkan kebebasan (berbicara).

Bak kotak pandora, kebebasan (berbicara) yang selama Orde Baru dibungkam secara sistematis akhirnya membuncah,  juga dengan cara-cara yang tak kurang sistematis. Apakah ini seperti yang digambarkan mazhab psikoanalisis sebagai alam bawah sadar yang selama ini ditekan? Yang justru terjerembab kembali pada alam bawah sadar berikutnya?

Atau kita sebenarnya masih di fase behavioris yang senantiasa akan patuh karena ada reward dan punishment? Bukan karena kesadaran, kepedulian, seperti yang dianjurkan kaum humanistik? Atau mungkin karena kita sebenarnya masih berada di level  fisiologi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun