Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Herd Stupidity dan Kesadaran dalam Psikologi

24 Juni 2021   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2021   14:22 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita lazimnya akan selalu melakukan kebiasaan yang memberi keuntungan kepada kita itu secara terus-menerus. Ketika keinginan itu 'dihalangi' maka akan terjadi perlawanan. Jadi sebuah pelaziman baru pun bisa direkayasa dengan memberi efek keuntungan/kebahagiaan baru. 

Dari sinilah kaum behavioris percaya dengan keampuhan 'duo malaikat', yaitu reward (hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai sarana pelaziman itu.

2. Psikoanalisis, aliran ini meyakini bahwa yang memengaruhi kita adalah alam bawah sadar kita yang tidak kita sadari/ketahui. Dan menjadi tugas psikolog-lah untuk membongkar masa lalu dari alam bawah sadar yang mengganggu jiwa itu. Ajaran ini dikenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang menolak pandangan mazhab behavioris terhadap manusia yang tak ubahnya sebagai makhluk homo mechanicus. Manusia mekanis. Manusia tanpa jiwa.

Menurut Freud, kita ini sebenarnya sedang 'mengingau' karena ada dorongan hawa nafsu -sering disebut dengan libido sexual meski tak melulu berkaitan dengan sexual- yang tidak terpuaskan. Yang ketika semakin ditekan maka akan semakin mengalami gangguan kejiwaan. Maka dari itu bebaskanlah!

Namun yang terjadi justru ketika menuruti hawa nafsu agar tersadar dari 'igauan' malah terjerembab menuju 'igauan' berikutnya. Karena hawa nafsu tak kan pernah terpuaskan.

Psychoanalitical school, merupakan sempalan dari aliran Freud yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1875-1961). Jung berselisih faham karena menurut dia yang memengaruhi kita bukanlah hawa nafsu (libido sexual), tetapi jiwa kolektif kita (collective consciousness). Kesadaran kolektif.

Jung dianggap berjasa sebagai orang yang memperkenalkan jiwa dalam ranah psikologi. Jiwa manusia yang tersambung dengan alam semesta yang hadir dalam bentuk arketival atau perlambang-perlambang. Apakah itu lewat mimpi, karya seni, dan juga nilai-nilai keagamaan (kepercayaan).

Ada krisis spiritual dalam jiwa-jiwa manusia modern. Tetapi akankah fenomena 'kesadaran beragama' belakangan ini sebagai kesadaran kolektif, ketika malah mengantarkannya pada sikap eksklusif golongan?

3. Psikologi humanistik, aliran ini percaya bahwa kebahagiaan bisa tercapai apabila kita mampu mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu cinta kasih dan kepedulian kepada sesama. 

Mazhab ini melihat bahwa kaum psikoanalisis mempunyai kelemahan karena terlalu fokus pada orang-orang yang sakit jiwa.

Abraham Maslow (1908-1970) merumuskan capaian kebahagian itu dalam apa yang dikenal dengan hierarki kebutuhan manusia, yang terbagi dalam lima tingkat kebutuhan. Yakni: kebutuhan fisiologi (pangan, sandang), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki (kasih sayang), kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun