Mohon tunggu...
Made Nopen Supriadi
Made Nopen Supriadi Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti dan Penulis

Lahir di Sebelat, 09 November 1989. Saat ini melayani di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB). Menyelesaikan studi S-1 Teologi (S.Th) di STT Ebenhaezer, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Saat ini sedang menempuh studi Magister Teologi (M.Th) konsentrasi Biblical Reformed Theology di STT SETIA Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nilai, Makna dan Pentingnya Hidup! (Seri Filsafat 5)

25 Mei 2020   16:28 Diperbarui: 25 Mei 2020   16:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat oleh: Made Nopen Supriadi 

Kehidupan manusia diwarnai dengan pencaharian. Pencaharian tersebut didorong dari rasa ingin menemukan arti sejati dari hidupnya dan dari apa yang dilakukannya. 

Dorongan tersebut membuat manusia mencoba berbagai rumus kehidupan agar dirinya bisa merasakan adanya nilai dan arti hidup. Itulah namanya dorongan kehidupan yang berhakikat. Manusia memiliki kelemahan dan kekurangan, kondisi tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak serta merta mampu memahami makna kehidupan. 

Dorongan untuk mendapatkan makna kehidupan membuat manusia melakukan banyak hal agar hidupnya bermakna. Hidup tanpa makna, saya ibaratkan dengan "hidup tanpa rasa." Sebuah pertanyaan untuk direnungkan. Manakah yang lebih anda sukai, makanan tanpa garam atau makanan dengan garam yang berlebihan?

Pasti anda akan memilih tidak untuk kedua-duanya. Garam memang mampu memberikan rasa asin yang menyedapkan jika diberikan sesuai takaran. 

Namun jika tidak ada garam maka makanan jenis apa pun terasa hambar bahkan jika takaran berlebih juga tidak bermakna.  Contoh tersebut menjelaskan bahwa manusia jika tidak melakukan apa-apa maka hidupnya tidak memiliki nilai dan makna. Tetapi jika manusia melakukan sesuatu dengan berlebihan maka ia kehilangan pentingnya hidup.

Nilai dan makna serta pentingnya hidup, seringkali kita buat bersaing di dalam diri kita. Kita terkadang melupakan pentingnya hidup karena begitu lelah menaikkan nilai dan makna hidup kita. 

Pentingnya hidup terkadang kita kuburkan dengan pencaharian akan nilai dan makna hidup. Bahkan kita merasa hidup ini menjadi penting kalau ada nilai dan maknanya. Tetapi kita tidak bisa melupakan bahwa kehidupanlah yang mendahului nilai dan makna. Nilai dan makna adalah pelengkap kehidupan. 

Tetapi kehidupan adalah hal utama yang kita perlukan. Kehidupan kita adalah sesuatu yang pantut kita berikan nilai dan makna juga. Sehingga kita belajar bagaimana menjaga kehidupan. 

Tetapi kalau kita menuntut nilai dan makna namun mengabaikan kehidupan maka kita juga sedang membiarkan nilai dan makna itu segera hilang. Kehidupan itu adalah wadah yang tidak bisa kita cari atau beli, namun wadah ini jangan sampai kita tidak tambahkan dengan nilai dan makna.

Nilai dan makna adalah tambahan buat kehidupan. Apakah benar demikian?. Saya akan jelaskan. Pernahkah anda melihat seorang yang sakit jiwa mengalami insiden kecelakaan atau ditabrak lari?

Bagaimanakah respon anda?. Saat itu manakah yang bernilai penting bagi anda, hidup orang yang sakit jiwa atau nilai dan makna hidupnya?. Pasti kita akan merasakan kasihan dan sedih jika orang yang sakit jiwa tersebut terluka apalagi sampai meninggal. 

Sampai disini secara sadar kita lebih mengutamakan kehidupan bukan nilai dan makna. Selanjutnya: Pernahkah anda melihat orang yang sangat miskin, lalu ada orang kaya yang punya gelar, jabatan dan uang menghina dan mengejek orang yang sangat miskin?. Maka mana yang ada nilai lebih penting?

Pastilah orang miskin yang yang secara status tidak bernilai dan bermakna apa-apa secara sosial. Mengapa demikian?. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara natur kita adalah manusia yang mengutamakan hidup. 

Satu lagi, pernahkah anda melihat seorang begal yang kejam. Lalu ketika begal tersebut tertangkap dan dianiaya, bahkan di siksa pelan-pelan dan mengerang kesakitan. Manakah yang lebih bernilai menurut anda?. Pasti di dalam hati kita tetaplah hidup si begal tersebut, meskipun dia secara nilai dan makna sosial tidak memberikan apa-apa. 

Pada masa pandemik covid-19 kita melihat bagaimana hidup lebih penting dari pada nilai dan makna hidup. Saat covid-19 sudah menyerang diri kita, semua tidak akan memandang nilai dan makna yang kita tambahkan dalam hidup kita. Bahkan kita pribadi bisa melupakan nilai dan makna yang telah kita miliki di dalam hidup ini. 

Kita hanya mengutamakan kehidupan dan juga orang lain hanya mengharapkan kita hidup meskipun ada serangan pandemik covid-19. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman kita saat pandemik covid-19 membawa kita memikirkan apa yang paling utama kita pikirkan, yaitu kehidupan. 

Maka jika dalam perjalanan kehidupan ini ada banyak tambahan nilai dan makna yang kita dapatkan, jangan sampai membuat kita gagal menilai berharganya hidup sesama kita.

Kehidupan kita adalah kehidupan yang mengutamakan hidup. Oleh karena itu prinsip ini ada dalam Spiritualitas Kristen. Prinsip ini mengajarkan bahwa memberi kehidupan kepada sesama adalah yang utama. 

Ada perintah "jangan membunuh!" artinya hidup lebih bernilai daripada nilai dan makna. Tetapi jangan sampai kita menjadi apatis, karena ada moment kehidupan dimana kita dapat menambahkan  nillai dan makna bagi hidup tetapi ada momentn kita tidak bisa menambahkannya. 

Maka tetaplah jaga kehidupan ini, jika bisa menambahkan hal yang bernilai dan bermakna tambahkanlah. All glory to the Lord alone

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun