Mohon tunggu...
little fufu
little fufu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar aktif

manusia sanguin kholeris yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mencari Ide Membuat Frustasi", Benarkah Framing Tersebut?

19 Oktober 2020   03:41 Diperbarui: 19 Oktober 2020   03:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duh, harus nulis apa ini?!"

Bagi saya, kalimat diatas merupakan kalimat sambat yang ter-setting secara otomatis untuk hadir di setiap minggunya. Waktu datangnya tidak menentu, mereka hadir secara kondisional. Lucunya, tulisan yang sedang kalian baca ini juga dimulai dengan kalimat sambatan di atas.

Percaya atau tidak, untuk mendapatkan ide di setiap tulisan, saya harus melalui berbagai macam drama buatan terlabih dahulu. Ha? Maksudnya? 

Maksudnya drama buatan disini adalah cara saya dalam mendapat pencerahan berupa ide ini memerlukan waktu yang cukup lama dan berkali-kali saya mengalihkan diri pada kegiatan lain seperti yang awalnya berada di depan laptop beralih di kegiatan yang lain seperti memotong kuku, minum air putih dan memasak dengan dalih "kali aja entar dapet ide".

Ternyata benar, ide itu hadir secara tiba-tiba disaat saya sedang menggoreng risoles sebagai teman menulis saya saat itu. I got u, baby (Ide)! 

Lucu lagi, ide tersebut rupanya begitu dekat dengan saya. Idenya adalah menuliskan kegalauan yang sedang saya rasakan di setiap ingin memulai menulis sesuatu. See, begitu dekat dengan saya bukan?

Hal tersebut membawa sebuah tanya tersendiri seperti, "Kok bisa ya ide itu tiba-tiba hadir?" Nah, dari situ ada alur yang menarik untuk dibahas and here we go!

Kali ini akan diadakan sesi bedah fenomena, tentang bagaimana ide tersebut bisa datang? Rupanya, usut punya usut, jika di dunia psikologi kognitif pembahasan tersebut bisa dibilang sebagai proses kreatif.

Tentu saja, awal dari semua ini adalah dengan mencari informasi-informasi yang relevan dengan pertanyaan tersebut. Dimulai dari buka google, melakukan pencarian dengan keywords "Proses kreatif", klik, baca, kembali kemudian klik, baca dan kembali lagi, dan begitu seterusnya hingga dirasa informasi yang saya butuhkan sudah cukup.

Setelah membaca beberapa buku dan tulisan secara sekilas, ada satu tulisan yang saya rasa sangat relate dengan apa yang telah terjadi dengan saya. Tulisan tersebut menjelaskan tentang proses kreatif ala Wallas (1926). Di mana beliau menyatakan bahwa terdapat 4 tahap yang harus dilalui oleh manusia untuk berpikir kreatif, yaitu persiapan, inkubasi, ilumnasi dan verifikasi. Oke, kita bedah satu persatu:

  1. Persiapan- Pada tahap ini, bisa dibilang tahap dimana mulai memunculkan suatu masalah. Ditahap ini juga munculnya usaha awal untuk memecahkannya. Nah, apabila disandingkan dengan fenomena yang saya alami diatas, mungkin kalimat tanya diatas adalah cikal bakal masalah yang harus saya selesaikan, dan tentu saja pada saat itu saya sudah berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun sayang sekali, belum ada cahaya terang yang datang.
  2. Inkubasi- Pada tahap ini adalah tahap pembebasan pikiran, dimana manusia mengalihkan perhatian nya dengan kegiatan yang lain untuk membebaskan otak dari pikiran-pikiran yang melelahkan. Wow, betapa terkejutnya saya ketika membaca penjelasan pada tahap ini. Ternyata apa yang terjadi dengan saya ini bukan tanpa sebab, ternyata dari jauh-jauh sebelum saya lahir hal tersebut telah diteliti. Di tahap ini mengingatkan saya ketika saya memutuskan untuk meninggalkan laptop dan beralih melakukan beberapa kegiatan lain seperti potong kuku, minum air putih, jogging, dan menggoreng risoles.
  3. Iluminasi- Selanjutnya di tahap iluminasi ini bisa dibilang sebagai tahap dimana cahaya terang mulai menampakkan diri di gelapnya ruang tanpa cahaya. Ya, di tahap ini pencerahan mulai hadir dari mana saja, terobisan-terobosan kreatif bermunculan. Hati pun berbunga-bunga ketika insight datang. Alurnya dalam tahap ini apabila dijabarkan kurang lebih seperti ini, insight -> pemahaman meningkat -> ide bermunculan -> ide-ide saling melengkapi -penyelesaian masalah. Nah, apabila menyandingkan dengan fenomena yang saya alami diatas, tentu saja sangat relate. Bagaimana tidak?  Ide tulisan ini didapat ketika saya sedang menggoreng risoles untuk teman menulis saya nanti. Siapa sangka ide tersebut hadir di tengah kegiatan tersebut. Saat itu ide-ide yang lain datang untuk memperkuat ide utama. Hal ini mengingatkan saya dengan perkataan orang-orang bahwa ide dapat muncul dimana saja, bahkan ketika kita sedang buang air besar. Hayo disini ngaku siapa yang sering menemukan ide ketika sedang menabung? Hehehe.
  4. Verifikasi- Tahap terakhir dari proses kreatif adalah verifikasi. Pada tahap ini berupa pengujian sebuah ide. Mari menilik fenomena diatas. Dilihat dari fenomena diatas, ketika saya mencoba menafsirkan ide yang saya dapat terhadap sesuatu yang ada dan kemudian melakukan googling untuk memperkuat ide yang telah didapat bisa disebut sebagai tahap verifikasi dari fenomena yang saya alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun