Ketakutan terbesar saat ini atas tingginya angka putus sekolah di NTT adalah, jika anak-anak itu tersesat di rimba raya perdagangan orang dan pekerja anak.Â
 Data Lembaga Perindungan Anak NTT, pada 2010 tercatat setidaknya 23.103 anak di bawah umur di NTT dikatagorikan pekerja anak dengan alasan ekonomi dan tradisi budaya. Dari jumlah itu, 18,91 persennya merupakan anak yang tidak pernah bersekolah. Selain itu, terdapat 40,45 persen anak yang belum tamat SD, 32,29 persen tidak tamat SMP dan tidak tamat SMA sebesar 1,35 persen. LPA NTT juga mencatat pada 2013, jumlah anak jalanan yang bekerja di berbagai sektor di NTT mencapai 3.762 orang, termasuk 150 di antaranya adalah anak yang dilacurkan.Â
Inilah tugas berat seluruh pihak terkait dalam ekosistem pendidikan di NTT. Pemerintah, guru, orangtua dan masyarakat umum harus bersatu padu, untuk menjadikan sektor pendidikan sebagai pintu keluar strategi memerangi kemiskinan di NTT.
Sumber;
www.kabarinews.com | www.jpnn.com | www.pos-kupang.com | www.detik.com | www.npd.kemdikbud.go.id
www.tempo.co.id
www.beritasatu.com