Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Telanjang Bulat

11 Maret 2016   12:56 Diperbarui: 11 Maret 2016   13:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya kita ini ngerti kagak sih demokrasi? Gak ngarti gak apa kok bro, itu kan impor dari negara kapir. Tapi karena sudah keburu dijadikan system politik yang dianut negara kita ya terpaksa terima sajalah.

Seingat saya sih demokrasi ada dua macam langsung dan tidak langsung atau perwakilan. Yang paling ideal tentunya yang langsung dong. Lha sekarang saya tanya kalau ngupil itu enakan pake jari sendiri atau jari teman? Atau kalau gauli istri itu lebih enak sendiri atau suruh tetangga? Atas dasar inilah demokrasi langsung selalu lebih baik daripada yang tidak langsung.

Masalahnya demokrasi langsung itu hanya cocok di sekala kecil. Contohnya pemulihan ketua RT, tinggal halo-halo ngumpul di pendopo ditemani kopi dan pisang goreng sudah bisa terlaksana. Lha kalau pilih gubernur apalagi presiden di negara dengan 200 juta lebih penduduk berapa kubik kopi dan berapa ton pisang goreng yang harus disediakan?

Maka atas dasar kepraktisan demokrasi langsung harus kompromi dengan tidak langsung. Rakyat milihnya langsung tapi calon diajukan lewat perwakilan (parpol). Cilakanya parpol ini sering salah ngupil sehingga hidung rakyat berdarah-darah dan akibatnya napas pun tersengal-sengal. Yang tadinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat menjadi dari rakyat, oleh rakyat/parpol, untuk parpol. Eeeaah rakyat yang terakhir jadi hilang di korupsi. Wakil mengkudeta yang diwakili. Itulah kenyataan hari ini. Tetangga mengauli istri sendiri, kira-kira begitulah. Maka perlu dilakukan reformasi parpol.

Lalu munculah internet yang mengubah wajah demokrasi. Demokrasi langsung yang tadinya hanya cocok di tingkat RT sekarang jadi bisa diterapkan dilevel yang lebih tinggi, di tingkat gubernur atau bahkan presiden. Kelemahan parpol dan kekuatan relawan memungkinkan seorang untuk maju ke tingkat nasional melalui jalur independen, bentuk demokrasi langsung yang lebih murni. Rakyat bahagia karena bisa ngupil dan gauli istri sendiri tanpa diganggu tetangga.

Lalu apakah demokrasi tidak langsung bubar? Ya gak juga bro, kan legialatif masih dibutuhkan. Siapa yang bikin undang-undang kalau legislatif bubar? Maka istilah deparpolisasi menjadi lebay. Yang harus dilakukan adalah reformasi parpol lewat gerakan telanjang bersama. Husss, kok forno? Eits ojo kesusu. Gerakan telanjang bersama yang saya maksud itu transparansi. Berani gak parpol jawab tantangan Ahok untuk buka-bukaan harta dan pembuktian terbalik. Jika ada yang berani saya jamin kepercayaan publik segera balik.

 Kalau parpol yang sekarang pada gak berani ya yang berani silahkan bikin partai baru PTB : Partai Telanjang Bulat. Yang mau jadi anggota harus berani diperiksa hartanya darimana dan berapa pajak yang dibayar. Ayo berani tidak? Kalau berani ikut ILC di TV oone eh salah telanjang maksudnya. Kalau Saya jujur gak berani buka-bukaan gitu, nanti istri ngomel: Papa! Kemaren mama minta ke salon bilangnya bokek, padahal ini LHKPN papa kok masih banyak asetnya! Wah perang dunia kalau gitu. Saya mendingan ikut ILC saja (yang MCnya Cak Lonting aja deh).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun