Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok Bukan Kambing Hitam

20 Mei 2016   18:28 Diperbarui: 20 Mei 2016   18:38 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[sumber: www.emaze.com]

Mumpung masih hangat seputar dunia kebinatangan di Kompasiana, saya terpancing untuk membahas kaitannya dengan Ahok. Bukankah Ahok sumber dari segala carut marut dan peperangan brutal di Kompsiana ini? Yang saya heran cuma satu: Kalau Ahok yang di benci kenapa pendukungnya yang jadi sasaran amok? Kalau pendukung Ahok diibaratkan Babi dan pembenci diibaratkan Onta lalu Ahok diibaratkan hewan apa? Bagi pembencinya Ahok kemungkinan besar diibaratkan Kambing, kambing hitam tentunya. Tapi bagi saya Ahok lebih cocok diibaratkan sebagai Angsa, Angsa Hitam.

Konon dulu orang Eropa mengira semua angsa itu berwarna putih sehingga tercetus metafora "rara avis in terris nigroque simillima cygno" yang artinya 'a rare bird in the land, very much like the black swan'. Anggapan atau praduga di abad ke 16 di kota London ini digunakan untuk sesuatu yang dianggap mustahil. Tentu saja ini "benar" pada zamannya karena menurut data historis memang tidak pernah ditemukan angsa berwarna hitam. Barulah di tahun 1697, seorang dari Belanda menemukan angsa hitam di benua Australia, teori ini gugur, karena ternyata oh ternyata, ada angsa berwarna hitam. Dan di bagian barat Australia justru angsa hitam itu sesuatu yang biasa-biasa saja.

[sumber:www.pinterest.com]
[sumber:www.pinterest.com]
Analogi diatas yang menjadi latar belakang teori Black Swan yang di kemukakan oleh Nassim Taleb dalam bukunya yang berjudul sama. Teori angsa hitam ini bermaksud menjelaskan 3 hal:
1. Kejadian langka yang sulit diprediksi karena diluar ekspektasi normal, dengan kata lain probabilitasnya mendekati nol.
2. Kejadian ini mempunyai dampak yang sangat besar namun sulit dihitung karena probabilitas yang mendekati nol itu.
3. Bias psikologis yang membutakan baik individual maupun kolektif dalam menilai peran kejadian ini dalam sejarah.

Awalnya Nassim mengembangkan teori ini untuk menjelaskan kejadian krisis financial namun ternyata cocok juga untuk menjelaskan hampir semua kejadian besar dalam sejarah, dari sains hingga politik, dari kesenian hingga aksi teroris.

Terus apa hubungannya dengan Ahok? Bukankah munculnya Ahok adalah salah satu contoh kejadian Black Swan dalam perpolitikan Indonesia. Coba kita pakai ukuran Nassim untuk kejadian angsa hitam terhadap Ahok.

1. Kejadian angsa hitam adalah sebuah kejutan bagi pengamat.
Dalam buku Nassim kejadian angsa hitam memang tidak bersifat universal tapi tergantung di sudut pandang si pengamat. Contohnya Onta dan Babi ternak yang tiap hari dipeihara dengan baik, diberi makan cukup, dikasih vitamin, dibersihkan kandangnya. Dalam pikiran Onta dan Babi, majikannya pasti penyayang sekali. Sampai tiba hari ia dijagal. Nah aksi penjagalan itu bukan kejadian angsa hitam dari sisi tukang jagal karena itulah pekerjaannya. Tapi bagi Onta dan Babi yang dijagal hari itu adalah bencana.

Atau dalam peristiwa 911 dimana para pekerja kantoran yang menjadi korban tidak pernah berpikir ada pesawat yang bakal nabrak gedung kantornya. Di sisi yang berseberangan yaitu bagi sang teroris, kejadian itu justru sudah direncanakan dengan matang.

Dalam contoh kasus Ahok, para begal APBN yang gak pernah kepikir bakal ada Gubernur yang segila Ahok tapi bagi Ahok itu sudah hal biasa saja. Atau bagi para preman Kalijodo, tidak pernah kepikir ada orang yang berani gusur, apa yang terjadi dengan mereka kemudian?

2. Kejadian angsa hitam harus mempunyai dampak besar. Tentu bagi Onta dan Babi dampaknya sangat besar karena hidupnya berakhir pada hari ia dijagal. Namun buat penjagal itu hanya salah satu dari hari kerjanya yang biasa. Nah bagi musuh-musuh Ahok memang apa yang dilakukan Ahok tidak sampai merengut nyawa (kecuali dia bunuh diri karena stress atau kena stroke/jantungan) tapi cukup memberi dampak pada kehidupannya. PNS yang bermental lama, kerja seenaknya, pungli seenaknya, tiba-tiba terbangun dari mimpi basahnya, eh maksudnya mimpi dapat fulus di tempat yang "basah". Sekarang kok dimaki-maki kalau kerja gak beres, dipotong tunjangannya, distafkan, sampai diciduk KPK kalau masih berani korupsi. Apa gak ngeri-ngeri sedap tuh.

3. Setelah kejadian angsa hitam, orang mencoba "melihat ke belakang" seolah-olah bahwa kejadin itu seharusnya bisa diprediksi. Seandainya onta dan babi pintar mereka harusnya kabur saja. Seandainya CIA mendapat gabungkan kepingan puzzle ini dan itu makan 911 bisa dicegah . Seandainya Prabowo tahu Ahok bakal keluar dari Gerindra apakah Ahok akan dicalon kan berpasangan dengan Jokowi. Seandainya Prabowo tahu Jokowi akan menjadi saingannya dalam Pilpres lalu apakah Jokowi akan dicalonkan jadi DKI 1? Seandainya....

Jadi apa kesimpulan bullshit di atas?
1. Keterbatasan wawasan dapat membuat orang berprasangka. Karena hari-hari hidupnya gak pernah lihat angsa hitam maka diambil kesimpulan semua angsa harus putih. Sekarang bandingkan dengan bigot rasis, karena kamu orang nganu maka kamu dagang saja, gak usah ikut-ikut politik. Tiba-tiba muncul Ahok the Black Swan.
2. Sepintar apapun manusia ia tidak bisa meramal masa depan. Data historis tidak berguna dalam memprediksi kejadian angsa hitam. Seberapa banyak tulisan bagus yang dihasilkan tidak menjamin tulisan berikutnya pasti bagus. Sebiru apa verifikasi tidak menjamin artikel berikutnya bagus. Lho kok jadi kesitu larinya???
3. Ahok itu Black Swan bukan Scape Goat. Jadi strategy mengkambing hitamkan dengan berbagai tuduhan apalagi sampai mendoakan berulang-ulang supaya ditangkap KPK juga percuma. Gak akan Angsa berubah jadi Kambing bro. Angsa hitam tidak bisa diprediksi dan karena itu tidak bisa dihindari. Maka yang bisa dilakukan adalah hadapilah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun