Mohon tunggu...
Mr. M.A.D
Mr. M.A.D Mohon Tunggu... -

Political Science at UIN Syarif Hidayatullah. Political Economy, Communication, Media, Semiotism.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konsolidasi Stabilitas AS ala Trump: Anti Globalisasi Kah?

25 Januari 2017   20:06 Diperbarui: 25 Januari 2017   20:16 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam Ekonomi Politik pada awalnya negara dipandang hanya sebagai alat yang dimanfaatkan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan pribadi masing-masing. Namun seiring perkembangan waktu pandangan terhadap negara memiliki berbagai macam pendekatan. Dilihat dari pendekatan alam pemikir aliran ‘statisme’, yakni dari kata state, staatyang artinya ‘negara’, seperti Krasner  dan Skocpol, konsep otonomi negara ‘state autonomy’di sini memandang bahwa negara adalah bebas dari pengaruh eksternal atau pengaruh masyarakat.

Para pemikir ‘Pluralis’ membantah hal tersebut, menurut mereka negara memiliki otonomi jika tidak terjadi tekanan yang jelas dari masyarakat. kebijakan-kebijakan negara dipandang cuma sebagai dampak dari tekanan-tekanan dari berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat. Keputusan politik sebisa mungkin mencerminkan keseimbangan antara kelompok yang ada dalam masyarakat.

Berbeda dengan pemikir Marxis, Poulantzas memandang bahwa negara memiliki otonomi relatif. Pemikir Marxis abad XX memandang negara sebagai pelaksana kepentingan kelas tanpa harus mereduksi negara menjadi bentukan kepentingan kapitalis, baik kapitalis individu maupun kapitalis kelompok.

Eric Nodlinger dalam bukunya ‘On Autonomy of Democratic State’ mendefinisikan negara adalah merujuk pada semua individu yang memegang jabatan di mana jabatan ini memberikan kewenangan kepada individu-individu itu untuk membuat dan menjalankan keputusan-keputusan yang dapat mengikat pada sebagian atau keseluruhan dari segmen-segmen dalam masyarakat. Pandangan ini melihat dari basis pendekatan masyarat ‘utilitarian’ .

Jika melihat dari kacamata Ekonomi Politik Internasional (Ekopolin), pendekatan realis mampu memperlihatkan peran negara. Ekopolin realis memiliki dua tokoh klasik yang mendasari pemikiran era modern yaitu Hans Morgenthau dan E.H.Carr. Morgenthau sebagai realis struktural melihat bahwa negara akan lebih peduli akan kepentingan negaranya sendiri pada suatu negosiasi ekonomi internasional. Sedangkan E.H.Carr sebagai realis historisis melihat prilaku negara dari tekanan negara lain. Kemudian ada pendekatan ekopolin statis, yakni, negara mempunyai peranan penting dalam ekonomi negara. Aktor utama dan satu-satunya yang dominan dalam ekonomi politik adalah negara. MNC, NGO, dan Institusi lainya tidak memegang peranan terlalu penting. Pendekatan di atas bisa melihat bagaimana fenomena peran negara di Amerika Serikat yang akan dijelaskan selanjutnya.

Beberapa tahun terakhir terjadi stagnasi yang luar biasa terhadap perdagangan dunia akibat dari krisis finansial global yang menimpa Amerika Serikat dan berefek kepada negara lainya. Pada 2008 terjadi krisis ekonomi di AS, dikenal sebagai krisis subprime mortage. Kejadian ini pernah digambarkan oleh Adam McKay dalam karya film yang ia Sutradarai, merupakan adaptasi dari novel laris karya Michael Lewis ‘The Big Short: Inside the Doomsday Machine‘. Karya ini berangkat dari efek pelaku bisnis perbangkan terlarang yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi pasar yang tidak menentu, dimana terjadi peningkatan pembelian di sektor perumahan dan penumpukan pinjaman bank selama tahun 2000-an, yang mana menjadi awal dari krisis keuangan di tahun 2008. Kegagalan investasi yang besar ini berkakibat pada krisis finansial global.

Sejak terjadinya krisis, AS mengalami kejatuhan yang luar biasa, berimbas pada perekonomian yang turun, akibatnya perusahaan banyak yang mati dan keluar dari AS, berujung pada bertambahnya pengangguran. Melihat hal tersebut, Trump mencoba mengemukakan sejumlah kebijakan populis yang terkesan nasionalis pada pidato perdananya. Ia akan mengedepankan kepentingan AS di atas segalanya, pemerintah akan mendorong korporasi untuk mengembalikan lapangan pekerjaan ke AS. Kebijakan nasionalis yang diterapkan Trump seperti, Proteksionime, yakni kebijakan yang mencoba mengetatkan perdagangan antarnegara dengan memainkan tarif barang impor, batas kuota, dan berbagai peraturan lainya agar barang dan jasa antara impor dan dalam negeri terjadi persaingan adil. Kebijakan ini berbanding terbalik dengan perdagangan bebas, dan terkesan anti globalisasi, bertujuan melindungi perusahaan dan pekerja di suatu negara.

Menurut Giorel Curran dalam bukunya ‘21stCentury Dissent: Anarchism, Anti-Globalization, and Environtmentalism’,istilah anti globalisasi muncul dari gerakan pemberontakan Zapatista di Meksiko (1994) yang anti neo liberalis dan globalisasi, gerakan ini diberi nama Gerakan Anti Globalisasi ‘Anti Globalization Movement’.

 Berbagai strategi telah disiapkan oleh Trump untuk mendorong perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga AS. Salah satu langkah yang ia ambil ialah dengan menarik diri dari perjanjian kerja sama perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP), ia memastikan nantinya setiap perjanjian baru di bidang perdagangan harus sesuai dengan kepentingan pekerja Amerika Serikat. Trump juga akan kembali menegoisasikan kesepakatan perdagangan dengan North American Free Trade Agreement (NAFTA), bahkan jika tidak segan untuk menarik diri dari NAFTA jika tidak berpihak kepada kepentingan pekerja atau Warga AS.

Amerika Serikat dikenal menganut paham liberal dan mengutamakan perdagangan bebas ‘free trade’ di Internasional. Tapi ternyata AS yang awalnya unggul mulai kalah saing dengan negara lain terutama China. Hal itu memicu Trump untuk mengenakan pajak yang sangat tinggi terhadap barang impor asal China. Kebijakan Trump tersebut terkesan anti-globalisasi. Kebijakan lainya yang terkesan serupa dan menarik banyak perhatian yakni akan mengalihkan dana federal ke pembangunan dinding di perbatasan Meksiko untuk mengontrol imigran ilegal ke AS.

Pada awalnya banyak kalangan bisnis yang berniat keluar dari AS, namun dengan adanya konsolidasi antara Trump dan pebisnis, mereka kembali. Kembalinya pebisnis karena perusahaan yang berada dalam negara AS akan terkena pajak lebih rendah dibandingkan perusahaan luar, akibatnya nanti akan meningkatkan lapangan pekerjaan di negara tersebut. Trump memang terlihat sering mengadakan pertemuan dengan CEO perusahaan besar di New York, bahkan sebelum mengambil Gedung Putih. Selain berkonsolidasi dengan pebisnis, ternyata Trump juga melakukan konsolidasi kepada pimpinan buruh. Trump diagendakan akan bertemu dengan pimpinan bisnis dan pimpinan buruh, direncakan akan membahas soal sektor manufaktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun