***
Udara pagi memberi harapan yang segera terpenuhi, langit berjubah hitam terus mengikuti. "Semoga langit tidak meneteskan air mata di tengah perjalanan nanti." Doaku dalam hati. Karena pagi ini, kuberangkat ke desa bersama anak dan istriku dengan menaiki sepeda motor. Sebenarnya anakku tak boleh ikut pulang oleh ibu mertua.
"Mbah doknya kepingin lihat cucunya kok Nek!" Istriku mengelak dan akhirnya Hafizah boleh kami ajak.
Kurang lebih perjalanan ke desa membutuhkan waktu 5 jam, Hafizah minta naik di depan, dan istri dibelakang. Â
"Zah duduk di tengah ya, awas ada polisi loh!" Istriku mencoba mengajaknya duduk di belakang. Hafizah tidaknya takut, tapi nangis dan mulia rewel. Kalau rewel bisa-bisa tidak jadi ikut, dan cahaya matahari semakin terik. "Ya sudah di depan, tapi nanti waktu ayah isi bensin duduk dibelakang ya!"
"Ya Yah! Terima kasih Ayah" kata Hafizah dengan loghatnya yang lucu
Anak kalau diajak jalan ingin mengetahui apa-apa yang terlintas. Motor kukendarai dengan santai dan ku mengerti Hafizah ingin melihat hijaunya pepohonan, bunga-bunga di pinggir jalan dan gunung-gunung yang terlihat indah serta macam kendaraan yang terlintas di matanya.
"Yah, yah, Bis!"Â
"Besar ya bisnya, warna apasih bisnya tadi?
"Hijau"
Sambil tebak warna dan jumlah kendaraan yang ada di depannya, kuberhenti di pom untuk isi bensin dan Hafizah duduk di belakang. Setelah isi bensin, kupercepat motorku agar sampai ke rumah Mbah Dok tidak kamalaman.